youngster.id - PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk (GMF) pionir perusahaan MRO (Maintenance, Repair, and Overhaul) atau perawatan pesawat di Indonesia telah resmi tercatat sebagai emiten baru di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode efek GMFI.
GMF yang merupakan emiten pertama dari industri MRO di Indonesia. GMF melepas 2.823.351.100 lembar saham baru atau sebesar 10% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah penawaran umum perdananya dengan harga sebesar Rp 400. Dengan harga tersebut, GMF berhasil menghimpun dana sebesar Rp 1.129.340.440.000.
Sebelumnya GMF menutup masa penawaran umum kepada publik dengan mencatatkan oversubscribe sebanyak 2,6 kali. Sekitar 60% dana bersih dari hasil IPO ini akan digunakan oleh GMF untuk mendanai investasi GMF dalam rencana ekspansi, sekitar 15% untuk refinancing, dan sisanya untuk kebutuhan modal kerja.
Direktur Utama GMF Iwan Joeniarto mengatakan bahwa IPO merupakan langkah strategis bagi GMF untuk mewujudkan visi menjadi Top10 MRO in The World dengan revenue mencapai 1 miliar USD di tahun 2021 dan mendukung perekonomian Indonesia.
“Dengan rencana ekspansi domestik dan internasional yang matang, GMF siap menjadi kebanggaan bangsa dan memberi kontribusi pada negara. Melalui pengembangan usaha kami, kami akan meningkatkan investasi, membuka lapangan pekerjaan, serta membayar pajak lebih banyak. Kami berterima kasih atas kepercayaan investor dan pihak terkait selama perjalanan IPO GMF, dan mengundang para calon investor yang belum bergabung untuk bersama-sama mendapat nilai tambah melalui saham GMFI.” katanya.
Selanjutnya, GMF akan meneruskan proses penawaran saham GMF kepada investor strategis. Jumlah yang akan dilepas adalah sebesar 20% dari modal yang ditempatkan GMF setelah IPO. Investor strategis akan berkesempatan menanamkan modal langsung pada perusahaan.
Iwan mengatakan bahwa GMF akan memberikan waktu yang signifikan dalam menentukan investor strategis terbaik, yang harus memberi nilai tambah paling besar dan juga meningkatkan citra GMF sebagai perusahaan global. “GMF membuka peluang kepada calon investor strategis untuk dapat bermitra dengan GMF selama masa pertumbuhan yang gencar ini.
Rencana Ekspansi Hasil pendapatan IPO akan segera digunakan untuk kebutuhan ekspansi. Dengan dana tersebut, GMF akan memulai pembangungan fasilitas perawatan pesawat di Batam, Australia, Asia Timur, dan Timur Tengah.
Selanjutnya, GMF akan segera melakukan peningkatan kapabilitas perusahaan dalam bidang airframe, component, dan engine untuk pesawat. Selain itu, akan memperbarui teknologi dan peningkatan skill tenaga ahli GMF guna meningkatkan daya serap perusahaan secara organik.
Dengan ekspansi, GMF ingin menambah global footprint dan mendekatkan ke customer sehingga diharapkan akan meningkatkan revenue perusahaan. Prospek Bisnis GMF memiliki catatan historis yang baik hingga tahun buku 2016. EBITDA margin GMF sebesar 26%
tercatat salah satu yang tertinggi di industri MRO.
Pertumbuhan pendapatan secara konsisten mencapai dua digit selama tiga tahun terakhir, dengan 27,18% pada 2016. Pendapatan GMF pada 2016 adalah sebesar US$389 juta, dengan laba bersih sebesar US$57,7 juta. Berdasarkan pendapatan yang diraih, GMF menduduki posisi 13 perusahaan MRO di dunia.
Industri MRO merupakan industri yang menarik dan relatif aman terhadap perubahan kondisi ekonomi, hal ini dikarenakan perawatan dan reparasi pesawat merupakan hal vital dan wajib dilakukan secara rutin oleh semua maskapai penerbangan diluar kompetisi pasar antar maskapai itu sendiri.
“Dengan kinerja yang positif, prospek industri yang menjanjikan, dan kepercayaan para dari berbagai pihak, melalui IPO ini kami mengajak masyarakat Indonesia untuk bergabung menjadi bagian dari keluarga besar GMF dan turut berkontribusi kepada ekonomi Indonesia. Dengan senantiasa memperhatikan Good Corporate Governance, GMF mengupayakan untuk dapat memberikan keuntungan bagi seluruh stakeholders perusahaan” tutup Iwan.
STEVY WIDIA
Discussion about this post