Gojek Rambah Bisnis Periklanan

Kevin Aluwi dan Andre Soelistyo Co-CEO Gojek. (Foto: istimewa/youngster.id)

youngster.id - Gojek akan merambah bisnis periklanan. Langkah ini dengan menggandeng perusahaan teknologi asal Amerika Serikat (AS), The Trade Desk. Melalui kerja sama eksklusif ini, decacorn Tanah Air itu berfokus memberikan pemahaman terkait pemasaran online to offline (O2O).

VP Merchant Research and Analytics Gojek Pulkit Khanna mengatakan, bentuk kerja sama dengan The Trade Desk yakni pemahaman mendalam bagi para pengiklan (advertiser) mengenai dampak kampanye pemasaran online terhadap penjualan offline. Menurut dia, hal ini dapat meningkatkan efisiensi dalam pengambilan keputusan pemasaran. Dengan begitu, perusahaan bisa mendorong pertumbuhan bisnis.

“Pengiklan di platform The Trade Desk bisa memanfaatkan pemahaman yang didapat dari Gojek untuk mengukur dan meningkatkan efektivitas kampanye pemasarannya,” kata dia dalam siaran pers, Rabu (21/1/2020).

Ia mengklaim, solusi pengukuran O2O pemasaran itu merupakan yang pertama di Asia Tenggara, diawali dari Indonesia. Pulkit menyampaikan, perusahaan berfokus mengatasi friksi di kehidupan sehari-hari. Caranya, menghubungkan konsumen dengan penyedia barang dan jasa di pasar.

Gojek bekerja bersama The Trade Desk untuk mengukur dampak iklan online menggunakan transaksi aktual melalui gerai, bukan data berbasis cookie. Karena itu, perusahaan penyedia layanan on-demand ini mengaitkan transaksi online dan offline dalam aplikasi Gojek dengan solusi iklan The Trade Desk. Pemahaman itu mencakup pembelian melalui aplikasi Gojek, seperti layanan pesan-antar makanan GoFood hingga transaksi di outlet mitra penjual (merchant) dengan pembayaran GoPay.

Pemasar dapat menghubungkan penjualan dengan kampanye iklan yang bersangkutan melalui solusi pemasaran O2O itu. Caranya, dengan memanfaatkan kemampuan atribusi offline untuk mendapatkan analisis terkait efektivitas kampanye. “Kami senang dapat bermitra dengan Gojek, perusahaan pelopor model super app, untuk menghadirkan solusi pengukuran O2O di Asia Tenggara,” kata

Senior Vice President The Trade Desk Mitch Waters mengatakan, analisis atribusi offline telah menjadi aspirasi bagi pemasar di manapun. “Dengan jangkauan dan cara pandang Gojek yang inovatif, kami sekarang dapat mewujudkan tujuan tersebut,” kata dia.

Kedua perusahaan akan berfokus pada pasar Indonesia untuk menyediakan solusi pemasaran O2O itu. Baru kemudian, layanan itu diperluas ke negara lain di Asia Tenggara pada tahun ini. Gojek memang mulai berfokus pada keuntungan. Startup itu mengklaim bahwa perusahaan sudah pada jalur yang tepat untuk mencetak profit meskipun tidak didukung permodalan yang kuat seperti kompetitornya, Grab. Decacorn Tanah Air itu optimistis bisa untung berbekal upaya efisiensi dalam menjalankan usahanya.

“(Fokus) itu telah terbayar. Itu sebenarnya salah satu manfaat dari menjadi pemain ‘underdog’ di pasar ini, ”ujar Chief Executive Officer GoPay (CEO) GoPay Aldi Haryopratomo dikutip dari DealStreetAsia, Sabtu (18/1).

Aldi mengatakan bahwa sepanjang 2019 perusahaan tumbuh sangat baik. Hal ini merupakan hasil dari upaya efisiensi untuk memaksimalkan setiap modal dan waktu pengembang perusahaan, selama sembilan tahun Gojek berdiri.

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version