youngster.id - Riset dari Public First mengungkapkan bahwa jika organisasi lokal menerapkan AI secara efektif, mereka dapat berkontribusi terhadap nilai ekonomi sebesar Rp 620 triliun (US$38 miliar) untuk Indonesia pada tahun 2030. Potensi ini mendorong Google Cloud meluncurkan program ekosistem untuk membantu organisasi membangun dan menerapkan solusi AI bertajuk Indonesia BerdAIa.
Country Director Indonesia Google Cloud Fanly Tanto mengatakan, “Indonesia BerdAIa” bertujuan menciptakan efek penggandaan berbasis AI yang bermanfaat bagi industri utama, masyarakat, dan ekonomi yang lebih luas.
“Dengan memberikan pelatihan penting dan layanan platform AI serta pengelolaan data terkemuka di industri kepada organisasi, kami dapat membantu mengembangkan tenaga kerja yang siap menggunakan AI serta mempercepat kemampuan organisasi dalam menerapkan solusi AI generatif (gen AI) dan AI agentic yang scalable serta memiliki kemampuan grounding pada sumber data tepercaya,” katanya dalam acara Google Cloud Summit Jakarta 2025, Kamis (22/5/2025) di Jakarta.
Fanly menjelaskan, “Indonesia BerdAIa” terinspirasi dari kata “berdaya” yang sekaligus mencerminkan visi utama program ini yaitu “Indonesia yang berdaya dengan AI.” Nama ini juga merupakan singkatan dari “Berinovasi dengan AI untuk Indonesia,” yang menggambarkan tujuan bersama para organisasi anggota.
Program ini dimulai dengan 15 anggota organisasi terkemuka di industri yakni PT Angkasa Pura Indonesia (InJourney Airports), Bank Central Asia, Bank Negara Indonesia, Bank Rakyat Indonesia, Bank Syariah Indonesia, DANA Indonesia, Fore Coffee, Indosat Ooredoo Hutchison, Kalbe Farma, MAXStream, Paragon Technology and Innovation, Sarana AI, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG), Universitas Brawijaya, dan Vidio.
“Kami melihat minat yang sangat tinggi terhadap program ini dan sudah memiliki rencana untuk menyambut serta mendukung lebih banyak organisasi di luar 15 yang pertama,” ujarnya.
Program ini akan memanfaatkan technology stack AI Google Cloud yang terintegrasi sepenuhnya, termasuk model Gemini 2.5 terbaru dan model media gen AI yang diumumkan minggu ini di Google I/O, serta dukungan dari para pakar AI, dan ekosistem partner untuk membantu organisasi mengembangkan misi mereka.
Menurut Fanly, program ini akan menfasilitasi, pembuatan bersama roadmap AI yang disesuaikan dan ditindaklanjuti yang terintegrasi dengan strategi perusahaan, menyelaraskan inisiatif AI dengan prioritas inti, serta mengidentifikasi area spesifik di mana AI dapat mendorong nilai bagi pemangku kepentingan.
Selain itu, prioritas kasus penggunaan AI yang tepat dengan mengevaluasi tiap kasus penggunaan berdasarkan perkiraan nilai yang dihasilkan, kelayakan, dan kemampuan untuk ditindaklanjuti. Serta pengembangan solusi AI yang terbuka dan dapat dioperasikan secara bersama-sama saat menangani setiap kasus penggunaan AI untuk memaksimalkan dan memastikan keberlanjutan investasi teknologi yang ada. Termasuk, perumusan metrik, pembentukan dewan risiko dan keahlian AI enterprise melalui program pelatihan interaktif yang komprehensif seperti Google Cloud Skills Boost untuk Organisasi dan JuaraGCP.
Ekosistem partner lokal Google Cloud terdiri atas Accenture, Boston Consulting Group (BCG), Deloitte, McKinsey & Company, CloudMile, Datalabs, Devoteam, Elitery, Metrodata, NTT Data, Searce, dan lainnya.
Salah satu narasumber di Google Cloud Summit Jakarta 2025 yang mengembangkan program ini adalah Universitas Brawijaya (UB). Rektor Universitas Brawijaya Profesor Widodo mengatakan, UB mengadopsi Google Workspace for Education Plus serta Google Cloud Search.
“Di UB, upaya kami untuk memanfaatkan AI sangat terkait dengan komitmen kami terhadap pembangunan nasional. Kami telah meresmikan pusat AI di kampus, untuk memajukan penelitian dan pengembangan aplikasi AI untuk sektor-sektor penting. Dengan Google Cloud dan Sarana AI, kami memberdayakan seluruh institusi kami dengan program pelatihan dan kemampuan AI terbaik di kelasnya. Kolaborasi berkelanjutan kami tidak hanya akan mempersiapkan siswa untuk menghadapi masa depan saat kecakapan AI diperlukan agar mereka dapat berkembang, tetapi juga membangun fondasi yang kuat bagi Indonesia untuk muncul sebagai pemimpin inovatif di kancah AI global,” ungkapnya.
STEVY WIDIA
Discussion about this post