youngster.id - Dunia tak hanya dilanda krisis kesehatan akibat pandemi COVID-19, tetapi juga krisis lingkungan. Untuk itu muncul gerakan green jobs, yaitu pekerjaan atau bisnis yang tetap menjaga lingkungan. Gerakan ini dimunculkan oleh para anak muda terutama generasi millenial.
Tiza Mafira, Associate Director Climate Policy Initiative mengatakan, krisis lingkungan ini bersumber dari gaya hidup yang sudah lama dijalani manusia. Salah satunya karena ketergantungan terhadap batu bara dan minyak bumi.
“Kita harus menciptakan pekerjaan masa depan – green jobs, dan mendekarbonisasi ekonomi kita, dengan membentuk ekonomi yang berdaya tahan,” ujar Tiza dalam Talk show Green Jobs: The Job Opportunity for Indonesian Youth Cleaner Indonesia, yang digelar Coaction Selasa (3/11/2020) sebagai bagian dari Pekan Diplomasi Iklim Uni Eropa 2020.
Menurut Tiza, generasi milenial memiliki peran besar agar konsep green jobs alias pekerjaan-pekerjaan yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, namun tidak membuat habisnya sumber daya alam, bisa populer. Bonus demograsi bisa menjadi faktor penentu di masa depan untuk membuat gaya hidup tersebut kian masif.
Pemikiran itu juga yang mendorong Daily Chaerul Saffar membangun Biops Agrotekno, perusahaan rintisan di bidang pertanian yang mengusung semangat keberlanjutan dan memerhatikan kelestarian lingkungan. Lewat Biops Agrotekno, Daily mendekatkan para petani dengan teknologi ramah lingkungan, yakni Encomotion.
“Keunggulannya, kami bisa menhitung jumlah air yang dibutuhkan tanaman berapa banyak. Encomotion dapat meningkatkan 40% produksi dan sekaligus mengurangi penggunaan air hingga 40%,” ujar Daily.
Lain halnya dengan Denia Isetianti, yang memilih berkontribusi lewat platfom sosial media cleanomic. Dia berkampanye soal berbagai upaya untuk memperkuat kontribusi milenial dalam menjaga kelestarian alam seperti sosialisasi zero waste. Mereka juga punya program Cuan Lestari Talks yang membahas berbagai hal, mulai dari green business, green technology, green creators, hingga green investment.
“Dengan hashtag cuan lestari, kita belajar bagaimana caranya mencari cuan tanpa merusak lingkungan dan mengajak teman-teman memulai gaya hidup peduli lingkungan,” tutur Denia.
Semangat yang sama juga dilakuan The Body Shop. Head of Marketing Communications The Body Shop, Ratu Ommaya mengatakan, perusahaan kosmetika yang sudah 28 tahun berada di Indonesia itu memproduksi produk-produk yang berkelanjutan mulai dari kemasan daur ulang, penggunaan paper bag, recycled box sebagai pengganti plastik hingga asesoris yang bersertifikasi FSC.
“Kami juga mengajak brand lain untuk coba beralih dari produk yang berasal dari hewan, kita bisa klaim produk kita 100 persen vegetarian. Di Indonesia sendiri, kita sudah lama punya program bring our bottles, kita mengumpulkan kembali botol bekas dari konsumen,” ujarnya.
STEVY WIDIA
Discussion about this post