Hacksprint Surabaya Diikuti 26 Tim

Acara Hacksprint Gerakan Nasional 1000 Startup Digital Sabtu (15/10/2016) di Suara Surabaya Center, Surabaya. (Foto: Kominfo/Youngsters.id)

youngster.id - Tahapan Hackathon dalam Gerakan Nasional 1000 Startup Digital yang disebut Hacksprint berlanjut ke Surabaya. Sebanyak 26 tim akan bersaing melakukan pitching di hadapan juri dan akan dicari tiga ide terbaik untuk memperoleh reward.

“Hacksprint menjadi metode baru untuk kita branding ke dunia, dan akan kita patenkan konsepnya,” ungkap CEO Pasienia, Fadli Wilihandarwo dalam Acara Hacksprint Gerakan Nasional 1000 Startup Digital Sabtu (15/10/2016) di Suara Surabaya Center, Surabaya.

Hacksprint merupakan versi baru Hackathon yang dikemas lebih terstruktur dan terarah dengan menggunakan metode design sprint. Dimana programmer akan membuat prototipe produk startup digital dengan langkah-langkah mulai dari understand, define, diverge, decide, prototype dan validate.

Menurut Fadli, pendekatan baru itu akan dapat mempercepat penggabungan ide dengan produk yang bisa dipakai masyarakat. “Kita akan mulai melakukan perubahan sekarang melalui Hacksprint untuk menggabungkan ide yang telah tervalidasi dan produk yang bisa dipakai oleh user,” jelasnya.

Hacksprint Gerakan Nasional 1000 Startup Digital ini berlangsung 15-16 Oktober. Acara ini dihadiri Sekretaris Ditjen Aptika, Mariam F. Barata dan Direktur e-Business Azhar Hasyim. Sedangkan juri pada Hacksprint Surabaya antara lain Chief of Activist, FemaleDev, Alamanda Shantika; Founder tees.co.id Aria Rajasa; Chief of Product GoJek Rama Notowidigdo; dan CEO Codeinc Hiro Whardana.

Setelah menjalani Hacksprint, tim yang terpilih akan melanjutkan ke tahap Bootcamp yang akan fokus pada go to market strategy sampai akhirnya siap diluncurkan ke publik. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika berharap Gerakan Nasional 1000 Startup Digital menjadi awal untuk menciptakan masa depan ekonomi digital yang akan menempatkan Indonesia sebagai negara ekonomi digital terbesar di Asia Pasifik.

STEVY WIDIA

Exit mobile version