youngster.id - Belakangan pemanfaatan teknologi kian canggih, namun dokter tetap jadi kunci dalam upaya mencapai inklusi kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Untuk itu, teknologi diharapkan dapat menjadi salah satu jawaban untuk memberikan wadah konsultasi kesehatan yang lebih aman, baik bagi dokter maupun pasien.
Chief Digital Transformation Office Kementerian Kesehatan RI Setiaji mengatakan, Kementerian Kesehatan telah membentuk Digital Transformation Office dalam rangka mempersiapkan masa depan sistem kesehatan di Indonesia. Agar dalam beberapa tahun kedepan, masyarakat diharapkan bisa mengakses layanan kesehatan digital mulai dari dalam kandungan hingga menghadapi kondisi kritis, dimana semua rekam medis akan terintegrasi pada satu sistem, sehingga masing-masing orang nantinya akan memiliki personal health record.
“Sehingga, teknologi seperti telehealth ini tidak hanya membantu para dokter meningkatkan skill, namun juga memperluas jangkauan layanannya,” ujar Setiaji dalam acara diskusi yang digelar Halodoc bertajuk “Terima Kasih Dokter” yang disiarkan secara virtual Jumat (22/10/2021).
Data dari IDI menyebutkan bahwa terdapat 730 dokter yang gugur dalam peperangan melawan pandemi ini (data per September 2021). Untuk itu, teknologi diharapkan dapat menjadi salah satu jawaban untuk memberikan wadah konsultasi kesehatan yang lebih aman, baik bagi dokter maupun pasien.
Ketua Umum PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Daeng M. Faqih menuturkan, sejak awal pandemi, IDI terus menghimbau para dokter untuk mengurangi praktik tatap muka, namun pelayanan pasien harus tetap berjalan dengan menggunakan APD lengkap.
“Layanan telemedis ini sangat luar biasa perkembangan dan manfaatnya, termasuk dalam mempercepat layanan vaksinasi hingga membuka akses pelayanan isoman. Tanpa bantuan teknologi, hal ini hampir mustahil dikerjakan, apalagi dengan pasien COVID-19 yang banyak, tenaga kesehatan terbatas, dan fasilitas RS yang serba kekurangan. Indonesia juga wilayahnya sangat luas, sehingga akses kesehatan harus dibuka selebar-lebarnya, dan telemedis adalah jawabannya,” ucap Faqih.
Sementara itu, Doddy Lukito, Chief Business Officer & Co-Founder Halodoc menegaskan pentingnya peran dokter dalam ekosistem Halodoc dan kemampuan teknologi dalam memberikan akses pada masyarakat Indonesia yang lebih luas.
“Dari sebelum pandemi hingga saat ini pandemi masih berlangsung, layanan Chat Dokter di Halodoc masih menjadi yang paling diminati oleh 20 juta monthly active user (MAU) kami. Dengan bantuan dari 20.000 mitra dokter, pengalaman pengguna dan kualitas pelayanan konsultasi tetap terjaga meskipun terdapat lebih dari 10x pertumbuhan permintaan dalam platform kami, termasuk dukungan untuk program isolasi mandiri bagi pasien terkonfirmasi positif COVID-19 dengan gejala ringan bersama Kementerian Kesehatan RI,” kata Doddy.
Doddy turut mengamini optimisme yang disampaikan oleh IDI. Sebagai pelaku telehealth Halodoc senantiasa berupaya mengadopsi teknologi terkini untuk terus meningkatkan pengalaman pengguna, termasuk pemanfaatan kecerdasan buatan (AI). Namun, hal yang juga menjadi fokus adalah bagaimana perusahaan juga turut berkontribusi untuk turut meningkatkan kapasitas pelaku kunci dalam ekosistem ini, yaitu para mitra dokter.
“Meskipun banyak pembaruan dan adopsi teknologi yang diimplementasikan oleh Halodoc, tentu saja kontribusi dari mitra dokter tidak akan tergantikan. Kami tidak bisa bayangkan kondisi pandemi di Indonesia tanpa perjuangan para dokter dan tenaga kesehatan,” tutup Doddy.
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post