youngster.id - Hooq akan menggunakan model baru, yaitu Freemium, untuk layanan streaming Video-on-Demand (VOD) untuk kawasan Asia Tenggara. Model hibrida ini menawarkan layanan tanpa iklan serta memungkinkan konsumen menikmati layanan dalam jangka waktu lebih lama.
“Kami sangat senang dapat menghadirkan model hybrid ini di pasar, yang akan memberikan pelanggan lebih banyak kebebasan untuk memilih. Perubahan ini berdasarkan hasil pembelajaran kami dari pola perilaku konsumen selama satu tahun terakhir,” kata CEO Hooq, Peter Bithos dalam keterangan pers baru-baru ini di Jakarta.
Dia menjelaskan dengan model hibrida ini, Hooq memberikan kesempatan kepada pengguna untuk dapat menikmati episode pertama dari seluruh serial televisi yang tersedia di Hooq secara gratis. Bahkan setelah masa percobaan berakhir. Model ini, lanjut Bithos, ditujukan untuk memberi kesempatan pada pengguna untuk mengenal konten yang tersedia di Hooq sebelum memutuskan untuk berlangganan. Hooq masuk Indonesia pada bulan April 2016.
Country Head Hooq Indonesia, Guntur Siboro, mengaku optimistis dapat merangkul pengguna untuk berlangganan dengan model ini. Menurut Guntur, masyarakat Indonesia merupakan tipe konsumen yang menyukai cerita. Dia menganggap, menonton episode pertama dapat menggugah rasa ingin tahu konsumen terhadap cerita selanjutnya dari serial televisi yang mereka tonton.
Optimisme ini didukung oleh penawaran masa percobaan Hooq selama tujuh hari. Meski tergolong singkat jika dibandingkan dengan layanan serupa, Guntur merasa, masa percobaan ini dapat menghadirkan nilai yang lebih besar dan sesuai dengan konsumen di Indonesia.
Selain itu, Guntur menambahkan, ketiadaan iklan pada layanan ini dimaksudkan untuk merealisasikan tujuannya sebagai layanan berbasis pelanggan. Artinya, Hooq berencana untuk menjadi layanan yang mendapatkan pendapatan utama dari biaya berlangganan penggunanya dan bukan dari iklan.
STEVY WIDIA
Discussion about this post