youngster.id - Teknologi dan layanan digital telah menjadi bagian kehidupan sehari-hari masyarakat dunia termasuk Indonesia. Namun, masih banyak dari kita yang tidak terlalu peduli akan keamanan siber dari teknologi dan layanan tersebut.
Untuk itu, Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) menyelenggarakan Cyber Security Indonesia 2017 pada 5-7 Desember 2017 di Jakarta Convention Center . Ajang ini menampilkan pameran layanan keamanan siber sekaligus diskusi mengenai kesadaran Indonesia atas keamanan siber nasional.
“Kalau bicara teknologi dan layanan digital pasti ada satu hal yang tidak ketinggalan untuk dibahas yaitu soal keamanannya. Apalagi Indonesia ingin memanfaatkan teknologi digital untuk mewujudkan negara dengan ekonomi digital. Keamanan siber nasional harus diprioritaskan juga,” tutur Merza Fachys, Ketua ATSI dalam keterangan resmi, Rabu (6/12/2017).
Merza mengingatkan bahwa Indonesia memiliki visi untuk menjadi negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara dengan total nilai USD130 miliar. Keamanan siber nasional tidak boleh dikesampingkan karena menjadi salah satu fondasi untuk mewujudkan visi tersebut.
Sementara itu, Samuel A Pangerapan Dirjen Aplikasi Informatika Kominfo mengatakan, seluruh pihak membayangkan bagaimana ekonomi digital bisa terwujud jika transaksi yang ada di dalamnya tidak aman dan masyarakat tidak mempercayai layanan digital dan ekosistem digital yang sudah disiapkan.
“Keamanan siber harus mulai diperhatikan. Sejak Presiden Indonesia Joko Widodo mencanangkan visi dan misi Indonesia untuk menjadi negara ekonomi digital di 2020 faktor keamanan siber sudah menjadi salah pilar pendukung dari rencana tersebut,” katanya.
Samuel membeberkan data dari ID SIRTII ((Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure) tahun 2016. Disebutkan ada 135.672.948 serangan siber yang terjadi di Indonesia. Pada tahun 2015 jumlahnya juga sudah terbilang banyak yakni sekitar 95 juta serangan siber.
Semuel mengingatkan keamanan siber bukan sebuah program yang ada batasnya. “Meningkatnya pengguna internet yang tidak dibarengi dengan literasi digital seperti soal keamanan siber hanya akan menambah celah terjadinya serangan siber,” tegas Semuel.
Dalam kesempatan yang sama Kepala Lembaga Sandi Negara Joko Setiadi menuturkan bahwa seluruh stakeholder baik masyarakat Indonesia, pemerintah dan lembaga swasta harus bekerja sama untuk menyusun keamanan siber nasional sehingga Indonesia juga berdaulat di dunia digital.
“Pemerintah sadar kami juga punya tanggung jawab terhadap ruang siber Indonesia. Oleh sebab itu kami terus dalam proses melengkapi lembaga keamanan siber yang lengkap dan menyediakan beberapa metode pemantauan keamanan siber nasional,” ungkap Joko.
STEVY WIDIA
Discussion about this post