youngster.id - Gerakan Indonesia PASTI BISA telah selesai memproduksi dan mendistribusikan lebih dari 100.020 test kit RT-PCR ke 19 provinsi di Tanah Air. Indonesia PASTI BISA, gerakan gotong royong yang digagas oleh East Ventures, menggalang dana senilai Rp10 miliar untuk menyediakan bahan baku produksi dan ongkos distribusi 100.000 test kit, sehingga perangkat diagnosis tersebut tersedia secara gratis.
Co-founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca mengatakan bahwa East Ventures merasa bangga dan berterima kasih atas kesempatan untuk berkontribusi kepada bangsa melalui program pembuatan test kit RT-PCR lokal ini. East Ventures, lanjutnya, menantikan kesempatan lain untuk berkolaborasi dalam upaya membangun kemandirian industri sains dan keandalan ekosistem kesehatan Indonesia.
“Kecepatan, kerja sama, efektivitas dari kolaborasi berbagai pihak membuktikan bahwa kapasitas dan kemampuan sumber daya lokal di bidang kesehatan tidak bisa dipandang sebelah mata dan masih bisa ditingkatkan lebih jauh. East Ventures berkomitmen mendukung program-program kesehatan lainnya yang dapat membangun ekosistem kesehatan Indonesia yang berswadaya,” kata Willson dalam keterangannya, Kamis (18/6/2020).
Pengembangan dan produksi test kit Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) buatan Indonesia adalah bagian dari Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk Penanganan COVID-19 (TFRIC19) bentukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Test kit RT-PCR buatan Indonesia didesain oleh Nusantics, startup bioteknologi yang bergerak di bidang genomika. PT Bio Farma kemudian menyediakan fasilitas dan sumber daya manusia untuk memproduksi massal dan mendistribusikan test kit ke seluruh Indonesia.
Produksi massal test kit yang didanai oleh Indonesia PASTI BISA berlangsung selama sepekan yang terbagi dalam tujuh batch. Bio Farma memproduksi 3.334 boks yang setara dengan 100.020 test kit. Perangkat uji tersebut kemudian didistribusikan secara bertahap mulai 14 Mei 2020 hingga 17 Juni 2020. Distribusi terakhir adalah pengiriman ke BBTLKPP Ambon, Provinsi Maluku.
Alokasi distribusi ditetapkan berdasarkan tingkat kebutuhan, kesiapan fasilitas laboratorium termasuk ketersediaan PCR open system dan SDM pelaksananya.
Direktur Utama PT Bio Farma Honesti Basyir mengatakan,pembuatan RT-PCR merupakan salah satu dari lima milestone Bio Farma dalam hal penanggulangan COVID-19.
“Kami bangga sebagai BUMN, bisa berkontribusi sesuai dengan kompetensi yang kami miliki dalam bidang biomolekuler/lifescience, untuk memproduksi RT PCR. Kolaborasi dalam nuansa kegotongroyongan seperti pembuatan RT-PCR, kami harap tidak hanya berhenti di sini saja, karena dengan berkolaborasi, kita dapat mempercepat penemuan–penemuan produk baru dalam bidang kesehatan, dapat memperkuat ketahanan kesehatan nasional”, ujar Honesti.
Sementara itu, Kepala BPPT Hamma Riza menekankan bahwa, selain teknologi, tantangan yang dihadapi adalah membangun ekosistem inovasi yang solid. Sinergi antarinstitusi riset, perguruan tinggi, pemerintah, industri, dan asosiasi terkait sangat diperlukan. Tanpa orkestrasi integrasi sumber daya yang tepat, ekosistem inovasi sulit diwujudkan. TFRIC-19 hadir dengan konsep sinergi membangun ekosistem inovasi. BPPT memberikan peran intermediasi yang kuat, untuk memperlancar dan mempercepat tahapan desain dan prototyping, validasi, registrasi dan produksi, sehingga dalam waktu singkat produk Tes Kit RT-PCR dapat diwujudkan untuk memperkuat penanganan Covid-19.
“Semua alur itu perlu diakselerasi atau dipercepat karena penanganan COVID-19 ini sebenarnya berpacu dengan waktu, begitupun halnya dengan pengembangan vaksin. Kita butuh lompatan inovasi, yakni dengan kerja sama dan transfer teknologi dari perusahaan asing kepada industri dalam negeri,” kata Hammam.
FAHRUL ANWAR