Industri Telekomunikasi Perlu Kolaborasi Untuk Hadapi Resesi Global 2023

Diskusi

Narasumber diskusi bertajuk Strategi Industri Digital Indonesia Hadapi Resesi Global. (Foto: istimewa/youngster.id)

youngster.id - Krisis ekonomi global diprediksi masih akan ada pada 2023. Prediksi resesi global ini membuat sejumlah industri harus melakukan mitigasi. Meski demikian, industri telekomunikasi di Indonesia dinilai masih bisa mendapatkan tren positif. Salah satu peluang adalah kolaborasi dalam ekosistem digital.

Melihat kinerja dari sektor telekomunikasi selama 9 bulan pertama 2022, diprediksi pada 2023 sektor ini bisa tumbuh dikisaran 4% hingga 5%. Direktur jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika Ismail mengatakan, di tengah ancaman resesi ekonomi global, industri digital justru jadi solusi karena jadi tumpuan harapan sektor sektor yang lain.

Apalagi aktivitas ekonomi masyarakat juga saat ini sangat bergantung pada ekonomi digital karena ruang digital mampu berikan alternatif dan efektifitas efisiensi dalam berbagai macam aktivitas ekonomi dari produksi, marketing, pembiayaan hingga distribusi.

“Oleh sebab itu, semua pihak harus mengakomodasi perubahan bisnis model ini tidak terkecuali pemerintah. Pemerintah harus melakukan pendekatan baru agar menjamin suatu sustainability atau keberlangsungan industri digital di Tanah Air,” kata Ismail dalam diskusi bertajuk Strategi Industri Digital Indonesia Hadapi Resesi Global baru-baru ini.

Dalam kesempatan yang sama Direktur Utama Telkomsel Hendri Mulya Syam mengatakan, melandainya pandemi Covid-19 memberikan harapan untuk semua industri untuk bangkit tahun ini.

“Untuk itu, Telkomsel memastikan seluruh roadmap perusahaan untuk menghadapi tantangan tersebut dengan terus berinovasi menghadirkan layanan bisnis yang sesuai kebutuhan masyarakat. Hal pertama dengan memperkuat core business Telkomsel sebagai penyedia layanan konektivitas digital terdepan seperti hadirkan paket internet sesuai value yang dibutuhkan masyarakat,” kata Hendri.

Sementara CEO dan President Director XL Axiata Dian Siswarini mengatakan, pihaknya yakin pertumbuhan XL Axiata tahun 2023 masih tetap positif seperti tahun sebelumnya. “Karena di balik tantangan ekonomi 2023 ada peluang yang bisa dimanfaatkan untuk terus bertumbuh,” ujarnya.

Sedang, President Director and Chief Executive Officer Indosat Ooredoo Hutchison Vikram Sinha mengatakan, perusahaan berupaya mengembangkan layanan 5G di sejumlah kota untuk mendukung percepatan digitalisasi. “Yang sangat penting adalah soal literasi digital agar masyarakat Indonesia terutama kaum muda menggunakan teknologi secara positif. Kemudian, soal UMKM lantaran sektor ini berkontribusi 60% bagi ekonomi Indonesia sehingga kita harus mendukungnya. Salah satu inisiatif yakni marketplace Indosat untuk UMKM,” kata Vikram.

Analis bursa saham Reza Priyambada juga mengungkapkan, pertumbuhan industri telko memang tidak sekencang industri digital. Kinerja dari Telkom, Isat, Fren, XL tercatat sampai Q3 2022 pertumbuhannya single digit dari sisi pendapatan. Kemudian, beberapa emiten alami penurunan pertumbuhan laba bersih, Sehingga disimpulkan industri telko masih tumbuh tapi melambat. Perlu banyak inovasi dan ekspansi industri telko supaya kinerjanya lebih baik lagi sehingga value creation emiten telko jadi pilihan pelaku pasar. “Sesuai perkembangan zaman adanya disrupsi, justru peluang masih ada,” kata Reza.

“Perekonomian Indonesia lebih dari 50% ditopang konsumsi rumah tangga, ini menjadikan sektor telekomunikasi masih diuntungkan tahun depan karena konektivitas dan layanan digital sudah menjadi kebutuhan pokok selama pandemi hingga sekarang,” kata Doni Ismanto Darwin Founder IndoTelko Forum.

Hal ini didukung pernyataan Analis Indef Nailul Huda yang mengatakan, pada 2023 Indonesia kemungkinan besar tidak akan masuk resesi namun masuk perlambatan ekonomi. “Indonesia bisa jadi episentrum ekonomi di tengah perlambatan tahun depan,” ucapnya.

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version