youngster.id - Dari tahun ke tahun terjadi perubahan perilaku konsumen dalam memutuskan untuk membeli atau berbelanja sesuatu. Laporan terbaru dari Google menunjukkan bahwa orang Indonesia lebih mendasarkan keputusan pembelian pada aspek kesepadanan terhadap nilai uang (value for money) dan tingkat kepercayaan mereka kepada suatu brand.
Head of Ads Marketing, Google Indonesia Yolanda Sastra mengungkapkan, laporan terbaru Google yang mengamati perubahan perilaku konsumen dari tahun ke tahun, menunjukkan bahwa rata-rata konsumen jadi lebih menuntut dan semakin memahami makna suatu brand yang melebihi aspek harga dan kenyamanan.
“Sangat menarik untuk diperhatikan bahwa laporan tahun ini mencatat banyak sekali momen yang bisa dijadikan perenungan mendalam. Orang Indonesia semakin memperhatikan faktor biaya, lingkungan, dan kepercayaan terhadap brand sebelum berbelanja,” kata Yolanda dalam keterangan pers, Jumat (17/2/2023).
Untuk itu, dia menegaskan, brand harus peka dengan keadaan bahwa setelah pandemi yang panjang dan kini dihadapkan dengan kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian. Hal ini karena banyak orang Indonesia mengajukan sejumlah pertanyaan mendalam kepada Google seperti “kenapa harga naik” (naik 120% YoY) dan “apa itu inflasi” (naik 50% YoY).”
Yolanda juga memaparkan, laporan Year in Search 2022, edisi kelima dari panduan industri terkemuka untuk tren makro dan spesifik industri ini, berupaya untuk memahami bukan hanya perubahan cara belanja orang Indonesia, tetapi juga cara mereka bekerja dan cara memahami masa depan dalam kondisi ekonomi yang berubah sangat cepat.
“Mengingat hal yang telah kita lalui selama beberapa tahun terakhir, dapat dimengerti jika orang-orang lebih reflektif dan memikirkan masa depan. Terlebih lagi dengan banyak hal tidak terduga yang terjadi, kita bisa lihat dalam laporan ini bahwa mereka mencoba mengontrol kembali hidupnya dan mencari cara-cara baru menuju kemandirian finansial,” katanya.
Laporan tahun ini — yang didasarkan pada data Google Trends (September 2021-September 2022, Desember 2021-Desember 2022) dan laporan e-Conomy SEA 2022– menyoroti sejumlah tren menarik. Diantaranya, penelusuran untuk “remote work” (pekerjaan dari jarak jauh) naik 60% YoY, sementara 42% responden survei mengatakan bahwa mereka akan menolak pekerjaan jika mereka tidak dapat bekerja dari rumah.
Penelusuran untuk “financial freedom” (kebebasan finansial) naik 50% YoY, sementara penelusuran untuk “work life balance” (keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi) naik 100% YoY.
Penelusuran untuk “side hustle” (pekerjaan sampingan) naik 50% YoY, sementara penelusuran untuk “hybrid learning” (pembelajaran hybrid) naik 200% YoY.
Selain itu, pada tahun 2022, tren non-tunai terus berlanjut. Penelusuran untuk dompet digital naik 20% YoY dan digital banking naik 30% YoY. Penelusuran untuk ewallet meroket 190% YoY, dan penelusuran untuk QRIS meningkat 140% YoY.
STEVY WIDIA