youngster.id - Memasuki usia ke-74 tahun Indonesia merdeka, namun akses komunikasi/internet masih menjadi masalah yang dihadapi Indonesia. Berdasarkan gambaran peta sebaran seluler 2018 di Indonesia mulai dari 2G, 3G, dan 4G terlihat bahwa penetrasi belum mencapai 100% merata.
Permasalahan ini diharapkan akan tuntas dengan rampungnya proyek Palapa Ring. Namun belum nampak ada kemajuan yang signifikan. Padahal Palapa Ring itu adalah ruas jaringan backbone, yang untuk dapat dinikmati masyarakat di wilayah kabupaten/kota yang dilintasinya masih mutlak memerlukan ruas jaringan distribusi/backhaul dan ruas jaringan akses, baik yang memakai kabel fiber optik maupun yang menggunakan radio link berbasis teknologi seluler atau WiFi.
Bobby Rizaldi, Anggota Komisi I DPR RI menilai tingkat penggunaan Palapa Ring belum maksimal, utilisasi dari Palapa Ring ini belum sesuai dengan yang diharapkan.
“Pertama, tantangan pertama harus ada persamaan sikap. Kalau kami di parlemen, lihat dari kebijakan publik. Kalau bagus, tidak mungkin tidak kami dukung. Kedua, ketersidaan keuanganya, apapun programnya pemerintah ingin berkoleratif secara kebersamaan. Jadi jangan ada kerugian negara, karena pemangku kepentingan. Melihat keuntungan tol langit itu bermacam-macam. Karena melihat industri telekomunikasi sama dengan industri migas. Makanya sumber-sumber kuangannnya harus jelas dan bernar-benar berdasar,” jelas Bobby Rizaldi dalam acara Diskusi Publik/Media Tol Langit Merdeka Sinyal pada Kamis (12/3/2020) di Jakarta.
Menurut dia, kebijakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dalam memerdekakan masyarakat dari blank-spot sinyal agar bisa melek digital sudah cukup baik.
“Hanya saja, ada kendala dalam pelaksanaan programnya, yaitu efektifitas dan efisiensi penggunaan anggaran.Walhasil proyek yang tengah atau akan dikerjakan oleh BAKTI di wilayah USO disarankan untuk dilakukan moratorium,” ujarnya.
Dia menyarankan,agar dipikirkan dan dirancang model bisnis yang ideal dalam penggelaran jaringan telekomunikasi di wilayah USO. Model bisnis yang dikembangkan BAKTI dalam menggelar jaringan di wilayah USO belakangan ini dinilai terkesan melenceng dari tujuan dipungutnya iuran gotong-royong dan prinsip dasar USO.
“Amat perlu diingat lagi bahwa mutlak diperlukan harmoni strategi dan eksekusi program USO dengan rencana kerja para penyelenggara jaringan telekomunikasi (yang adalah penyandang dana USO),” ujarnya.
Sementara itu, Nonot Harsono, Pengamat Telekomunikasi mengatakan tantangan terhadap persamaan sikap sangat perlu dibentuk kepada semua pihak. Dengan kata lain untuk mencapai akses pemerataan komunikasi/internet bagi masyarakat di Indonesia.
“Jadi yang dimaksud merdeka internet adalah semua masyarakat bisa mendapat akses internet melalui seluler: Disini kami tidak memperdebatkan malasah Satelit, Pala Ring, maupun infrastruktur, karena itu tidak penting. Tetapi dukungan dari semua pihak sangat dibutuhkan untuk memajukkan industri semakin berkembang fokus untuk mencapai apa yang tadi saya kemukakan,” ucap Nonot.
FAHRUL ANWAR