youngster.id - Inovasi dan penerapan teknologi yang tepat merupakan kunci utama sebuah perusahaan atau industri untuk berkembang dan bisa bersaing dengan baik di tingkat nasional maupun global. Untuk itu perusahaan harus membuka diri terhadap perkembangan dari tren inovasi yang terjadi.
Hal tersebut disampaikan oleh Ilham Habibie, founder Berkarya Indonesia, dan Shoeb Kagda, founder Indonesia Economic Forum (IEF) jelang ajang IEF yang akan digelar 14-15 November 2016 di Jakarta.
Ilham mengatakan, dalam melakukan inovasi dibutuhkan adopsi teknologi yang tepat, atau sesuai dengan bisnis dari sebuah perusahaan atau industrinya. Sebab, inovasi berarti melakukan sesuatu yang berbeda. Keahlian dari pihak tertentu pun dibutuhkan dalam mengadopsi teknologi, sehingga bisa bersaing secara nasional maupun global.
“Dalam berinovasi, tentu kita butuh teknologi. Tetapi, teknologi yang tepat dan relevanlah yang harus diadopsi, sehingga sesuai dengan bisnis yang dijalankan. Misalnya, bisnis menjual busana, perusahaan tersebut harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang teknologi apa yang mau diterapkan, sehingga bisa sesuai dengan tren, atau lifestyle konsumen. Hal ini tentunya akan mendorong bisnisnnya untuk berkembang,” kata Ilham, yang juga anggota IEF Advisory Council dalam siaran per baru-baru ini di Jakarta.
Dia pun menekankan, selain teknologi, sebuah perusahaan atau industri membutuhkan talenta dan iklim berinovasi yang toleran. Artinya, perusahaan harus membuka diri terhadap perkembangan dari tren inovasi yang terjadi.
“Dalam melakukan inovasi dibutuhkan tiga hal, yakni teknologi, talenta, dan atmosfer toleran. Kalau tidak punya suasana kerja yang terbuka, kita susah untuk berinovasi. Berionovasi artinya kita melakukan sesuatu yang berada. Kalau kita berada dalam suatu perusahaan, kan sudah ada kebiasaan. Kalau suasananya tidak ramah terhadap perubahan, susah untuk berinovasi,” ujarnya.
Ilham juga mengomentasi tentang jargon ekonomi digital yang saat ini sedang ramai digaungkan oleh pemerintah Indonesia. Menurut dia, sebelum berbicara tentang ekonomi, hal yang terlebih dahulu harus dipahami adalah digital teknologi. Sebab, kadang orang mempersepsikan ekonomi digital sama dengan e-commerce.
Padahal, keduanya merupakan sesuatu yang berbeda. Karena itu, Ilham belum berani mendefinisikan ekonomi digital secara gamblang, sebelum persepsi dan pemahaman orang tentang hal itu seragam.
“Sebelum kita bicara ekonomi digital, kita pahami dulu teknologi digital. Karena, orang kadang menyamakan ekonomi digital sama dengan e-commerce. Sebab, ekonomi digital berbeda dengan teknologi digital,” jelas Ilham.
Terkait potensi e-commerce, Ilham mengungkapkan, potensi pasarnya masih sangat besar di Indonesia. Meski demikian, dia mengakui, saat ini, nilai pasar e-commerce di Indonesia masih jauh lebih rendah dibandingkan denga negara-negara lain, seperti Tiongkok dengan Alibaba-nya yang sudah memiliki nilai pasar mencaapai ratusan miliar dolar AS.
“Potensi e-commerce kita masih sangat besar ke depannya. Karena itu, semangat berinovasi itu perlu dikembangkan. Seperti yang saya katakan tadi bahwa kita harus punya teknologi yang relevan dalam mengembangkan bisnis tersebut. Lihat saja, seperti Grab yang tidak mempunya kendaraan, tetapi merupakan perusahaan platform transportasi besar. Jadi, ini yang perlu kita pikirkan untuk berinovasi,” terang Ilham.
Perubahan Besar
Sementara, Founder IEF Shoeb Kagda menuturkan, beragam perubahan besar sedang terjadi di Indonesia, yang merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi yang paling pesat sekaligus negara terbesar keempat di dunia. “Inti dari perubahan ini adalah inovasi yang membentuk kembali perekonomian Indonesia, mulai dari digital healthcare yang meliputi populasi Indonesia yang besar hingga inklusi keuangan melalui fintech (teknologi keuangan) hingga intelijen geospasial,” tuturnya.
Dia menjelaskan, ajang IEF tahun ini digelar dengan mengusung tema Driving Innovation: Reshaping Indonesia”™s Economy. Ini merupakan konferensi bisnis terkemuka di Indonesia dan di wilayah Asia. Kehadirannya untuk mendiskusikan dan mendorong inovasi yang akan membentuk kembali perekonomian Indonesia pada tahun-tahun mendatang.
Menurut dia, terdiri atas serangkaian acara tahunan rutin yang meliputi sesi round-table, workshop, diskusi, dan dengan acara puncak berupa konferensi tingkat nasional dan regional yang mempertemukan para pemimpin bisnis, pembuat kebijakan, dan pakar di bidang masing-masing. Mereka akan bertemu untuk berdiskusi berbagai tantangan sosial-ekonomi yang dihadapi bangsa Indonesia pada khususnya, serta di wilayah Asia pada umumnya.
Indonesia Economic Forum juga akan menghadirkan informasi terkini dengan wawasan dari berbagai industri dan ekonomi Indonesia, serta ekonomi regional.
STEVY WIDIA
Discussion about this post