youngster.id - Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon hingga 29% pada 2030 mendatang. Terkait hal itu, Jejak.in yang juga merupakan “Partner for Social Impact 2020” Microsoft hadir untuk membantu mendemokratisasi pengimbangan karbon (carbon offset).
“Indonesia, dengan sekitar 120 juta hektar lahan hutannya, berpotensi menghasilkan 28 miliar ton kredit karbon per tahun. Ini menjadi kesempatan yang baik bagi Indonesia untuk menjadi pemimpin di bidang ekonomi hijau yang berkelanjutan,“ ungkap Arfan Arlanda, CEO dan founder Jejak.in dalam keterangan pers Sabtu (5/6/2021).
Sebagai sebuah perusahaan startup Indonesia yang menyediakan solusi berbasis Artificial Intelligent (AI) dan Internet of Things (IoT) Jejak.in memanfaatkan peluang ini untuk mengajak siapa saja baik perorangan maupun organisasi dan perusahaan, untuk terlibat dalam pengimbangan karbon. Partisipasi ini dapat dilakukan sesederhana dengan menghitung jumlah jejak karbon yang kita hasilkan dari aktivitas sehari-hari, dan mengimbanginya dengan mengadopsi pohon serta kredit karbon.
“Di Jejak.in, kami menghadirkan kalkulator karbon dan carbon offset marketplace untuk memungkinkan partisipasi tersebut dari mana saja dan kapan saja. Yang setiap orang butuhkan hanyalah device,” imbuhnya.
Menurut dia, Jejak.in didukung dengan cloud platform Microsoft Azure, berkolaborasi dengan sejumlah organisasi seperti MRT Jakarta, Gojek, dan One Tree Planted, untuk mempermudah masyarakat dalam berpartisipasi untuk pengimbangan karbon melalui solusi berbasis teknologi.
Bahkan, untuk memberikan layanan yang mumpuni bagi seluruh mitra dan masyarakat yang ingin mengambil bagian dalam pelestarian lingkungan, Jejak.in menggunakan platform cloud Microsoft Azure sebagai back end dari seluruh solusi teknologi yang ada. Melalui Microsoft Azure, Jejak.in juga dapat mengirimkan informasi terkait status pengimbangan karbon terkini kepada pembuat kebijakan pemerintahan, sehingga seluruh anggota masyarakat dapat bahu membahu, bekerja bersama sebagai sebuah tim.
“Kami membutuhkan platform cloud yang memungkinkan kami meningkatkan metode penghitungan jejak karbon dengan cepat dari berbagai kegiatan yang dilakukan banyak orang, misalnya mobilisasi dengan transportasi. Platform tersebut harus cukup kuat untuk menerima data dari berbagai titik pengumpulan data, seperti melalui telepon genggam, drone, sensor IoT, Light Detection And Ranging (LiDAR), termasuk data satelit untuk mengumpulkan dan menganalisis data ekologis. Sejauh ini, Microsoft Azure mampu memenuhi seluruh kebutuhan tersebut, sehingga kami dapat menerima banyak partisipasi dalam upaya menjaga kelestarian bumi,” kata Arfan.
Sementara itu, Linda Dwiyanti, Chief Partnership Officer, Microsoft Indonesia mengatakan, upaya ini sejalan dengan komitmen Microsoft yang berfokus pada pengurangan krisis iklim.
“Kami bangga dapat mendukung Jejak.in dan berpartisipasi mengurangi jejak karbon. Kami harap semakin banyak pihak akan ikut serta dalam berbagai insiatif untuk menjaga lingkungan hidup di Indonesia yang lebih sehat. Mari mengambil tindakan positif bagi perlindungan alam dan bumi,” pungkas Linda.
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post