Jumlah dan Tingkat Pengangguran Terbuka Tertinggi Berasal Dari Lulusan Vokasi

UMG IdeaLab pelatihan vokasi untuk meningkatkan kompetensi guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Center of Excellence negeri di bidang AI. (Foto: istimewa/youngster.id)

youngster.id - Berdasarkan olahan data Sakernas 2022, jumlah pengangguran terbuka lulusan vokasi di tahun 2022 adalah sebesar 1,8 juta. Angkat tersebut berarti 22% dari total pengangguran yang mana merupakan angka yang terbilang besar.

Hal ini terungkap dalam Program Monthly Discussion on Population Dynamics yang digelar Lembaga Demografi FEB UI baru-baru ini.

Peneliti Lembaga Demografi FEB UI Dr Dwini Handayani SE, MSi dan Ratna Indrayanti, S.E., M.S.E memaparkan kondisi pendidikan dan pekerjaan di Indonesia, antara lain adalah kesesuaian potensi permintaan dan ketersediaan lulusan, sumber daya manusia, kurikulum, prasarana, dan kualitas lulusan.

“Jumlah dan tingkat pengangguran terbuka lulusan vokasi yang paling tinggi merupakan lulusan SMK. Sedang jumlah pengangguran lulusan SMK tertinggi adalah ada bidang keahlian teknologi dan rekayasa serta bisnis manajemen, sedangkan yang terendah adalah pada bidang  keahlian energi dan pertambangan serta seni dan industri kreatif,” ungkap Ratna.

Lebih lanjut, dijelaskan bahwa memiliki pengalaman lebih dari satu jenis pelatihan dapat memudahkan untuk masuk ke dalam pasar kerja. Sayangnya, angkatan kerja yang mengikuti pelatihan dalam setahun terakhir masih sangat minim.

Menurut Dwini ada beberapa strategi kebijakan dalam pemenuhan permintaan tenaga kerja. Yang pertama adalah pelatihan tenaga kerja yang responsif dan adaptif, sesuai dengan permintaan pasar, dan kebutuhan yang heterogen (secara umur, gender, potensi wilayah, dan jabatan pekerjaan) menggunakan modul yang menitikberatkan pada praktik dan magang serta adanya evaluasi secara berkala sesuai permintaan pasar.

Kedua adalah mendorong penciptaan lapangan pekerjaan berkelanjutan dengan melakukan tracer study dan memperbaiki database lulusan, meningkatkan pendidikan dan pelatihan keterampilan (lebih dari satu jenis pelatihan), mengembangkan sistem informasi pasar tenaga kerja, dan menguatkan sistem perlindungan sosial.

Menanggapi kondisi tersebut Ir. Muhammad Iqbal Abbas, MBA memaparkan mengenai “Peta Okupasi Nasional” sebagai upaya penciptaan link and match. Peta Okupasi Nasional merupakan peta kebutuhan okupasi riil IDUKA (Industri dan dunia kerja) pada suatu area fungsi yang berisi definisi dan diintegrasikan ke dalam kerangka kualifikasi yang dapat menjadi acuan dalam perencanaan dan pengembangan standardisasi.

Bagi tenaga kerja, siswa dan peserta pelatihan, peta ini dapat membantu untuk pengembangan profesinya; bagi lembaga pendidikan dan pelatihan, peta ini mendukung pengembangan kurikulum dan profil lulusan pendidikan dan pelatihan; bagi lembaga sertifikasi profesi, peta ini mendukung pengembangan perencanaan dan pengembangan asesmen; bagi otoritas sertifikasi (BNSP).

“Peta ini mendukung pengembangan skema sertifikasi secara nasional; dan bagi industri dan dunia kerja, peta ini mendukung rekrutmen berbasis kompetensi dan pengembangan karir profesional SDM,” ungkapnya.

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version