youngster.id - Adopsi kecerdasan buatan (AI) dan otomatisasi akan mendominasi sektor industri manufaktur, logistik, ritel, hingga sektor publik pada tahun 2026. Penguasaan akan hal ini menjadi kunci utama bagi pelaku bisnis untuk menghadapi tantangan kelangkaan tenaga kerja dan gangguan rantai pasok global.
Demikian proyeksi tren industri 2026 yang dirilis Zebra Technologies Corporation. Country Manager Indonesia Zebra Technologies Eric Ananda mengatakan, dinamika pasar di kawasan Asia Pasifik saat ini menuntut tingkat kecerdasan operasional yang lebih tinggi.
“Ttransformasi digital harus dimulai dengan memperkuat peran pekerja di lini terdepan (frontline). Fokus kami adalah menghadirkan solusi yang menghubungkan aset, data, dan manusia secara real-time,” ungkapnya dikutip dalam keterangannya Senin (29/12/2025).
Menurut Eric, dengan memanfaatkan otomatisasi berbasis AI, machine vision, dan analitik canggih, organisasi dapat mengatasi tantangan saat ini sekaligus membuka peluang pertumbuhan baru.
Secara keseluruhan, laporan Zebra menegaskan bahwa organisasi yang mampu memperbaiki alur kerja lini depan secara signifikan berpotensi membuka pendapatan tambahan rata-rata sebesar US$ 3 miliar secara global.
Di sektor manufaktur, kekurangan tenaga kerja memicu percepatan adopsi solusi berbasis AI. Berdasarkan studi Zebra bersama Oxford Economics, optimalisasi pengendalian kualitas (QC) diprediksi mampu mendongkrak pendapatan manufaktur hingga 2,4 poin persentase.
Pada 2026, teknologi machine vision berbasis AI diharapkan menjadi standar krusial untuk meminimalkan kesalahan produksi dan limbah secara real-time.
Sementara itu, sektor transportasi dan logistik (T&L) kini bergeser dari sekadar pelacakan dasar menuju analitik prediktif.
Penggunaan teknologi RFID dan perangkat IoT (Internet of Things) memungkinkan perusahaan melakukan pengoptimalan rute secara dinamis untuk memenuhi ekspektasi konsumen akan pengiriman yang cepat dan ramah lingkungan. Langkah ini diklaim telah memberikan peningkatan produktivitas sebesar 21% bagi organisasi T&L.
Sektor ritel juga terus bertransformasi dengan memanfaatkan platform data terpadu untuk memberikan pengalaman belanja yang lebih personal. Penggunaan teknologi mandiri seperti scan-and-go dan kios cerdas kini semakin masif.
Di sisi operasional, sistem inventaris berbasis RFID menjadi senjata utama peritel untuk menekan angka kehilangan barang serta meningkatkan produktivitas pekerja.
Seiring pertumbuhan e-commerce, inovasi pergudangan kini bertumpu pada Warehouse Execution System (WES) berbasis AI. Teknologi ini memungkinkan pengiriman pesanan menjadi lebih akurat.
Lembaga publik tidak luput dari arus digitalisasi. Hingga 2026, modernisasi di sektor keselamatan publik dan administrasi akan difokuskan pada penggunaan perangkat mobile yang tangguh (rugged) dan akses data real-time.
Hal ini dinilai krusial untuk meningkatkan kolaborasi antarlembaga dan memastikan ketahanan masyarakat, dengan tetap menjaga keamanan data yang sensitif.
STEVY WIDIA


















Discussion about this post