youngster.id - Kementerian Perindustrian bersama EU-Indonesia Trade Cooperation Facility akan menggelar kompetisi inovasi terbuka untuk industri kreatif khususnya sektor batik, kulit dan kerajinan di Yogyakarta.
Kompetisi ini diharapkan mampu meningkatkan daya saing komersial industri kreatif dalam negeri, termasuk mengembangkan potensi ekspor melalui pendekatan inovasi.
“Tujuannya, menghasilkan perusahaan start-up dan spin-out baru dari bisnis yang ada dan yang sedang berkembang melalui inovasi,” kata Haris Munanda Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin lewat siaran pers Selasa (12/7/2016) di Jakarta.
Program ini dinilai berperan dalam membantu pengentasan kemiskinan dan menyejahterakan masyarakat Yogyakarta.
“Inisiatif kerjasama dari berbagai pemangku kepentingan, di antaranya pemerintah, pelaku usaha, universitas, dan asosiasi untuk meningkatkan ekonomi lokal setempat dengan membangun budaya inovasi,” jelas Haris
Jadwal pelaksanaan kompetisi “Innovating Jogja” dimulai sejak Juli hingga November 2016 dan calon peserta dapat mengunduh formulir pendaftaran melalui situs innovatingjogja.wordpess.com. “Calon peserta juga dapat mengisi formulir pendaftaran di Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta atau mengirimkan ke email info@innovatingjogja.com,” ujar Haris.
Kemudian, Komite “Innovating Jogja” akan melakukan seleksi administratif berdasarkan kriteria yang ditentukan dengan target jumlah terseleksi sebanyak 80-100 pendaftar. “Kami juga menargetkan peserta kompetisi di sektor batik, kulit dan kerajinan ini diantaranya adalah pelajar yang memiliki ide inovasi dan ingin mewujudkannya, pekerja dan profesional, pengusaha mikro, kecil dan menengah, serta masyarakat umum,” tutur Haris.
Adapun beberapa syarat menjadi peserta kompetisi ini, antara lain yaitu peserta yang telah memiliki usaha kurang dari dua tahun (start-up) atau lebih (existing) dan berusia minimal 18 tahun.
Selain itu, berdomisili di Yogyakarta atau menetap dalam jangka panjang untuk menjalankan usaha di Yogyakarta meskipun memiliki identitas diri (KTP) dari wilayah lain.
Selanjutnya, peserta harus memiliki ide atau hasil karya yang berpotensi untuk direalisasikan dan dikomersilkan.
Ide tersebut dapat berupa desain, proses, teknologi mesin atau peralatan, teknologi informasi dan komunikasi (TIK), produk, atau jasa baru pada sektor industri batik, kulit dan kerajinan.
“Peserta juga harus memiliki komitmen untuk melibatkan masyarakat dan mengembangkan ekonomi masyarakat mikro atau kecil melalui usahanya,” kata Haris.
Mengenai proses penjurian, Haris menjelaskan, pada tahap I akan memilih 45 kandidat yang berhak mengikuti Boot Camp, mereka akan diundang presentasi dan wawancara di hadapan Komite Penjurian dan Pendampingan.
Tahap II akan memilih 12 pemenang dari 45 peserta Boot Camp yang berhak masuk ke program akselerasi.
“Pada tahap ini, yaitu program akselerasi, 12 pemenang akan mendapatkan pendampingan bisnis dan bertugas melakukan seluruh aktivitas yang dirancang pada saat mengikuti Boot Camp,” ulasnya.
Pada proses seleksi akhir, yaitu penjurian tahap III akan memilih 6 juara dari 12 pemenang yang telah menyelesaikan program akselerasi.
“Puncaknya, kami akan menyelenggarakan Festival Inovasi Jogja untuk mempromosikan enam juara tersebut. Acara akan berlangsung di UGM dan jalan utama Malioboro dengan target waktu maksimal tiga hari mulai Jumat sampai Minggu,” ungkapnya.
Sedangkan, hadiah dana tabungan telah disiapkan sebesar Rp 20 juta bagi 12 pemenang yang berhak mengikuti program akselerasi. Selanjutnya, Rp 10 juta bagi 12 pemenang yang dapat digunakan untuk prototyping dan market testing, serta Rp 50 juta bagi 3 juara yang dipilih setelah mengikuti program akselerasi.
STEVY WIDIA
Discussion about this post