youngster.id - Situasi pandemi saat ini menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan konsumsi digital, khususnya media sosial. Berdasarkan laporan DataReportal di 2021, jumlah pengguna media sosial di Indonesia meningkat hingga 10 juta pengguna dalam 1 tahun dan didominasi rentang umur 18 – 34 tahun. Di sisi lain, angka diskriminasi dan perudungan di sosial media meningkat.
Pada Februari 2021, Microsoft merilis Digital Civility Index (Indeks Keberadabaan Digital). Indonesia berada pada posisi ke-29 secara global dengan angka diskriminasi dan perundungan di sosial media yang tinggi. Hal ini menunjukkan generasi muda saat ini sedang menghadapi tantangan sosial dengan risiko berdampak bagi kesehatan mental dan mendorong munculnya krisis identitas.
Hal ini terungkap dalam gelar diskusi kreatif TEDxSampoerna University bertajuk Perseverance yang digelar 20-21 Maret 2021 secara virtual.
Pada kesempatan itu, Dr Marshall Schott, President of Sampoerna University mengatakan, untuk melahirkan para pemimpin abad 21, mental wellbeing yang berfokus pada perkembangan sosial dan emosional siswa memiliki tingkat urgensi yang sama pentingnya dengan perkembangan kognitif.
“Oleh karena itu, selama masa PJJ kami tidak hanya menyusun strategi belajar efektif, namun juga melatih seluruh pengajar kami agar mampu mendukung dan memotivasi siswa. Untuk itu penting bagi institusi pendidikan untuk membuka ruang pembahasan mengenai tantangan sosial generasi muda saat ini yang dapat menjadi rintangan dalam menggapai impiannya di masa depan, serta menemukan solusi bagi kesejahteraan mental generasi muda,” ungkap Schott dalam keterangannya, Senin (22/3/2021).
Sementara itu, Aidil Pananrang, Co-Founder @DARISKRG memaparkan, tantangan generasi muda sekarang ini tidak hanya sebatas isolasi sosial, tetapi juga terjadi di media sosial. Hal ini tentu saja dapat berdampak bagi kesehatan mental dan menimbulkan krisis identitas di kalangan generasi muda, dimana seperti yang kita ketahui masa muda adalah masa paling penting dalam pencarian identitas.
“Untuk itu sangat penting bagi institusi pendidikan dan komunitas generasi muda ikut bekerja sama dalam membuka ruang diskusi dan mencari solusi bersama bagi tantangan ini,” kata Aidil.
Hal senada juga disampaikan Caecillia Maria Natasha, Thalassemia Survivor & Guru Sekolah Internasional. Menurut dia, perseverance atau ketangguhan mental menjadi kunci yang terus dibawa hingga hari ini. “Stantangan sosial apapun yang saya lalui bahkan bullying tidak membuat saya goyah dan berhenti mengejar mimpi yang ingin saya capai. Saya harap di sesi saya nanti generasi muda bisa terinspirasi dan termotivasi, bahkan ikut berbagi kisah dan menemukan kembali jati dirinya,” jelas Natasha.
Program ini akan menghadirkan para mentor, aktivis dan edukator membuka ruang pembahasan mengenai kesejahteraan mental dan solusi bagi tantangan sosial generasi muda di era laju digital yang disajikan melalui 10 topik webinar inspiratif.
STEVY WIDIA
Discussion about this post