youngster.id - Pemerintah Indonesia yang bertekad untuk mengurangi sampah plastik ke laut sebesar 70% pada tahun 2025 melalui pengelolaan sampah berkelanjutan dengan pendekatan circular economy. Konsep circular economy yang dimaksud oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), adalah dapat mengolah sampah plastik menjadi plastik kembali atau produk lain yang bermanfaat.
Data KLHK pada tahun 2019 menunjukkan bahwa recycling rate sampah plastik Indonesia hanya berkisar pada angka 10-15%, sementara sisanya sebagian tertimbun di tempat penampungan akhir (TPA) dan sebagian lebih buruk lagi yaitu mencemari lingkungan. Sebuah riset pada tahun 2015 menunjukkan bahwa setiap tahunnya Indonesia menghasilkan 3,22 juta metrik ton sampah plastik yang tidak terkelola dengan baik, dan 0,48–1,29 juta metrik ton di antaranya mencemari lautan dan menjadikan Indonesia sebagai produsen sampah plastik terbesar kedua di dunia.
Sebagai satu-satunya perusahaan publik yang mendaur ulang sampah botol plastik menjadi serat daur ulang yaitu Recycled Polyester Staple Fiber (Re-PSF), PT Inocycle Technology Group Tbk (INOV) ikut mendukung gerakan circular economy tersebut.
“Banyak sekali masyarakat yang menerapkan ekonomi linear, yang mana mereka langsung membuang barang yang sudah tidak terpakai lagi dan berakhir mencemari lingkungan. Melalui circular economy, barang yang sudah tidak terpakai ini akan dijadikan bahan baku untuk membuat barang yang baru atau menambah nilai dari barang yang sudah ada untuk dapat digunakan kembali. INOV sendiri menjadikan sampah botol plastik berjenis PET (Polyethylene terephthalate) sebagai bahan baku produk Re-PSF dan diturunkan menjadi produk bukan tenunan (non-woven) dan alat rumah tangga (homeware), yang setiap bulannya kurang lebih mendaur ulang 3.000 Ton sampah botol plastik,”ujar Victor Choi, Direktur INOV, dalam keterangan tertulisnya.
Menurut Victor, tahun ini INOV sudah menambah fasilitas pencucian botol (washing facility) di Medan (Deli Serdang) dengan kapasitas produksi sebesar 250 ton per bulan. Aktivitas pengumpulan sampah botol plastik sudah dimulai pada awal Juli 2020, dan nantinya akan dilengkapi dengan pabrik untuk memproduksi Re-PSF dan non-woven dengan kapasitas produksi masing-masing 300-500 ton per bulan. Selain ekspansi ke Pulau Sumatra, INOV juga berencana untuk menjangkau Pulau Sulawesi dengan mendirikan washing facility di Makassar.
“INOV berupaya untuk mengubah citra buruk Indonesia dengan melakukan ekspansi (washing facility) ke seluruh Indonesia, sekaligus untuk mengamankan rantai pasok sampah botol plastik sebagai bahan baku INOV,” pungkas Victor.
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post