youngster.id - Laporan Cloud Hybrid 2021 dari NTT mengungkapkan, sebelum pandemik Covid-19, perusahaan telah memulai perjalanan transformasi digital. Namun pandemi menunjukan perusahaan tersebut tidak segesit perkiraan sebelumnya.
Terlepas dari ketidakpastian yang diusungnya, pandemi dinilai memberikan peluang signifikan dalam mempercepat inisiatif transformasi digital. Sebagai informasi, laporan ini berbasis pada riset yang dilakukan pada 950 pembuat keputusan di 13 negara wilayah terpilih di Asia Pasifik (APAC).
Laporan ini juga menyebut bahwa 90% bisnis di APAC setuju bahwa pandemi telah memaksa bisnis mereka untuk mengandalkan teknologi lebih dari sebelumnya. Sebesar 60,3% organisasi di APAC secara global sudah menggunakan, atau sedang menguji coba penggunaan cloud hybrid.
Studi ini juga menemukan bahwa 31,6% responden di wilayah APAC berencana untuk menerapkan solusi hybrid dalam kurun waktu 12 hingga 24 bulan mendatang. Dengan demikian, cloud hybrid kini dinilai penting untuk pemrosesan berbasis data dan pengambilan keputusan secara langsung, baik saat ini maupun di masa depan.
Laporan tersebut menemukan bahwa peningkatan kecepatan dalam penerapan aplikasi dan layanan merupakan pendorong terbesar adopsi cloud hybrid di APAC, atau diterjemahkan sebesar 38,8%.
Hal ini juga didorong oleh pergeseran ke model kerja terdistribusi, memungkinkan karyawan dapat bekerja di berbagai lokasi, dan perusahaan perlu mengakses data dan aplikasi dengan cara baru, berbeda dan kerap rumit.
Menurut responden di APAC, motivasi terbesar kedua untuk mengadopsi cloud hybrid adalah peningkatan pada kelincahan bisnis secara keseluruhan, sebesar 38,3%, diikuti oleh total biaya operasional TI lebih efisien sebesar 34%.
NTT juga menyebut bahwa lebih dari separuh responden di APAC atau sekitar 51,2% menyatakan bahwa kesulitan dalam mengelola keamanan data merupakan penghalang terbesar dalam mengadopsi cloud hybrid.
Karenanya untuk mengatasi hambatan tersebut, organisasi disarankan untuk memilih lingkungan TI yang tepat saat bekerja di lingkungan yang kompleks. Selain itu, kinerja jaringan dan kurangnya keterampilan juga dianggap sebagai hambatan cukup besar untuk pengadopsian cloud hybrid.
STEVY WIDIA
Discussion about this post