youngster.id - Sektor industri layanan keuangan di Indonesia telah mengambil loncatan besar sejak merebaknya pandemi tahun lalu. Meski demikian masih terdapat kesenjangan yang perlu segera dibenahi dalam membangun fondasi digital yang kokoh dan tepercaya di tengah sengitnya kompetisi di sektor ini.
Dalam temuan VMware Digital Frontiers 3.0 Study disebutkan, bahwa peta kompetisi pada industri layanan finansial telah beralih ke daring. Ini dibuktikan dengan 9 dari 10 (90 persen) responden Indonesia menyatakan lebih memilih beralih dari sistem pembayaran tunai ke nirkontak.
“Industri layanan finansial di Indonesia gesit beralih ke dunia digital selama pandemi ini. Mereka mengembangkan inovasi-inovasi dalam menghadirkan digital experience mutakhir yang mulus berbasis pada teknologi masa depan. Kini nasabah telah mafhum dengan teknologi-teknologi tersebut dalam mendukung interaksi mereka dengan layanan bank,” ujar Cin Cin Go, Country Manager, VMware Indonesia, dalam keterangan pers, Senin (26/7/2021).
Temuan itu mencatat angka ini tertinggi dari pada negara-negara Asia Tenggara lain yang disurvei adalah Singapura (88%), Filipina (76%), Malaysia (87%) dan Thailand (85%).
Selain meningkatnya pengadopsian platform perbankan digital, namun demikian terdapat hampir seperempat (24 %) responden Indonesia yang merasa bahwa organisasi-organisasi layanan finansial kurang mampu beradaptasi atau meningkatkan layanan di tengah dinamika yang terjadi di industri. Angka ini menggambarkan urgensi bagi industri tersebut dalam memperkuat tumbuhnya inovasi mutakhir sebagai strategi dalam memuaskan kebutuhan nasabah.
Nasabah Indonesia sigap dalam beralih ke lingkungan digital-first dan menerima suguhan digital experience terbaru dengan baik. Menurut studi tersebut, sebanyak 58 persen responden Indonesia menyatakan antusiasme mereka dalam pelibatan dengan organisasi-organisasi layanan finansial. Capaian ini dirasa cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Singapura (44%), Filipina (57%), Malaysia (56%), dan Thailand (62%).
Dengan 53% masyarakat Indonesia lebih memilih mengakses layanan perbankan melalui aplikasi daripada langsung mengunjungi gedung cabang secara langsung, tentu prioritas utama nasabah adalah bagaimana dapat merasakan layanan yang lancar dan akses ke aplikasi yang efektif.
Ini tercermin dari adanya sebanyak 70% responden Indonesia yang mengutamakan kemudahan dalam mengakses aplikasi dan layanan digital sebagai prioritas utama dalam memilih penyedia layanan finansial. Angka ini termasuk salah satu yang tertinggi di antara negara-negara Asia Tenggara lainnya, Thailand (80%), Singapura (61%), Filipina (63%) dan Malaysia (67%).
Lebih dari setengah responden Indonesia yang menganggap bahwa lembaga-lembaga layanan finansial lebih baik dalam menghadirkan digital experience dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang ritel, layanan kesehatan, pemerintahan, hingga edukasi.
Ini menggambarkan tingkat urgensi yang tinggi bagi industri agar lebih fokus dalam memperkokoh bangunan fundamental mereka sehingga mampu menghadirkan digital experience yang lebih baik bagi konsumen. Dari peningkatan keamanan dan proteksi data (53%), kemudahan dalam penggunaan di lintas perangkat (51%), hingga kecepatan layanan (40%).
Menurut Cin Cin, seiring dengan pesatnya pertumbuhan Indonesia yang digadang-gadang akan menjadi hub ekonomi syariah terbesar di Asia berikutnya, penting bagi perusahaan di Indonesia untuk menjaga ketangguhan dan tingkat kompetitif dengan memperkokoh bangunan fondasi teknologi masa depan, seperti pemanfaatan Cloud, sebagai prioritas dalam memacu transformasi di ranah ekosistem keuangan sekaligus mendorong pertumbuhan perekonomian digital bangsa.
“Tidak sebatas di ranah digital, dukungan dari pemerintah dalam membangun ekosistem keuangan yang inklusif merupakan kunci keberhasilan bangsa Indonesia dalam cakap merespons, beradaptasi, serta mempercepat pertumbuhan bisnis di dalam paradigma digital yang baru saat ini,” pungkasnya.
STEVY WIDIA
Discussion about this post