youngster.id - Qasir kini gunakan machine learning untuk merekap data transaksi merchant sebagai collaterals pengajuan dana ke Peer to Peer (P2P) Lending rekanannya, salah satunya KoinWorks untuk memberikan alternatif pembiayaan modal usaha.
CEO Office Qasir Ivan Hadwin Rarumangkay mengatakan, mekanisme yang digunakan adalah PO financing, atau invoice financing. Dengan sistem ini merchant dapat mendaftarkan usahanya, proyek yang sedang dikerjakan, dan menyertakan bukti PO/invoice yang harus dibayarkan.
“Kami tidak ingin mempersulit merchant-merchant mikro dengan proses kompleks. Melalui pengajuan via Qasir, tim kami akan kelola data merchant dan mengolahnya secara terintegrasi. Hasilnya, data transaksi merchant akan jadi acuan KoinWorks untuk menetapkan plafon maksimal pembiayaan dana,” tutur Ivan dalam keterangan pers, Selasa (27/7/2021).
Selaku pengelola proyek, Ivan mengakui pengajuan melalui Qasir setidaknya memangkas tahapan administratif cukup signifikan, dibanding melakukan pengajuan secara terpisah. Apalagi jika usahawan belum familiar dengan konsep Peer to Peer (P2P) Lending, memilih platform saja sudah makan waktu, belum lagi pemahaman cara kerjanya.
“Dari sini kami sadar, perlu ada penengah agar setiap usahawan punya kesempatan yang sama untuk mendapat modal usaha. Setidaknya, melalui analisis sampling dari kami, rekap transaksi bulanan merchant akan kami olah secara otomatis dan secara angka, akan jadi bukti kemampuan finansial usahawan. Jika diilustrasikan, proses yang biasanya butuh 10 tahap, kini bisa menyusut sampai 5 tahap saja,” tambahnya.
Menurut dia, proses akan menjadi lebih sederhana lagi jika merchant memanfaatkan fasilitas pembayaran digital QRIS–yang ada di aplikasi Qasir–pada setiap transaksinya. Dengan menggunakan transaksi digital, maka secara otomatis transaksi tersebut tervalidasi sebagai transaksi yang real. Dengan begitu, kesempatan merchant untuk mendapatkan pembiayaan pun semakin besar.
Saat ini, pengajuan pembiayaan dana ke peer to peer (P2P) lending masih berupa pilot project, Ivan menyebut sosialisasi tahap awal dibuka ke 350 merchant. “Kami seleksi dulu merchant yang punya kapasitas finansial baik, selanjutnya kami buka untuk 8.000 merchant dengan konsentrasi awal di Pulau Jawa,” ujarnya.
Terkait soal keamanan, CEO Qasir Michael Williem menambahkan proyek ini telah melalui tahap evaluasi keamanan yang berlapis untuk memastikan data merchant selalu aman. “Tidak bisa dipungkiri salah satu kekhawatiran merchant yang masih ragu mencoba pembiayaan digital adalah keamanan data transaksi, aliran modal ke borrower dan lender-nya. Untuk itu, secara internal, kami menggunakan VPN khusus yang sifatnya closed platform,” katanya.
Adapun untuk menjamin perolehan dana digunakan secara tepat, pembayaran PO dan invoice akan langsung dilakukan ke penerbit, bukan ke merchant yang mengajukan. “Jadi sifatnya bukan kami berikan uang cash, tapi PO atau invoice mereka yang nanti dibayarkan dan usahawan akan membayar secara lumpsum atau cicilan,” kata pria yang akrab disapa Mike ini.
Saat ini, tercatat merchant Qasir terus mengalami kenaikan. Per bulan Juli 2021, tercatat aplikasi Qasir diundung sebanyak 740,000 user, dimana dari 233,000 merupakan active user dengan total transaksi sebanyak 177 juta kali. Dari jumlah tersebut, Qasir mencatat total nilai transaksi sebesar Rp 14,2 triliun.
STEVY WIDIA
Discussion about this post