youngster.id - Meskipun masih dihadapkan dengan pandemi Covid-19, tidak menyurutkan niat perusahaan modal ventura untuk melakukan pendanaan ke perusahaan rintisan (startup). Tentu tidak semua bisnis startup bisa dilirik oleh para investor.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), industri modal ventura berhasil menyalurkan pembiayaan dan investasi ke startup senilai Rp 13,44 triliun sepanjang 2020. Nilai itu tumbuh 5,69 persen year on year (y-o-y) dibandingkan 2019 sebanyak Rp 12,72 triliun.
Adapun kinerja tersebut disalurkan oleh 61 modal ventura yang tercatat di OJK dengan jumlah pelaku yang bertambah dibandingkan 2019 sebanyak 60 entitas.
Wakil Sekjen Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Andreas Surya mengatakan modal ventura tidak sekadar mencari startup yang memiliki potensi bisnis yang baik bagus, tetapi melirik perusahaan yang spesifik dan punya terobosan.
“Memang masalahnya tidak semua bisnis yang investable itu adalah bisnis yang dicari modal ventura. Kami mencari perusahaan yang spesifik. Karena kami percaya bahwa penggunaan teknologi yang berhasil akan bisa melahirkan terobosan yang impactful ke masyarakat,” ungkap Andreas dalam Webinar Strategi dan Teknik PMV Menilai Kelayakan Startup, Rabu (10/2/2021).
Menurut Andreas, modal ventura berinvestasi ke startup yang berada di area pengembangan di level early stage dan bisnis yang sedang tumbuh di late stage.
“Namun, fenomena tersebut tidak baku di mana modal ventura juga bisa menyuntikan dana pada tahap penemuan ide dengan level seed atau angel. Kemudian yang pasti biasanya kami investasi sebelum perusahaan tersebut dewasa atau matang,” katanya.
Dia menjelaskan, faktor pertimbangan investasi mulai dilihat dari tim pendiri, potensi pasar, penerimaan produk atau memiliki diferensiasi dibanding kompetitor dan mampu tidaknya mengeksekusi rencana bisnis dalam sisi operasional, keuangan, dan pengembangan produk.
“Jadi harap diingat bahwa tidak semua bisnis bagus bisa diinvest oleh VC. Tapi kalau bisnis tidak bagus, sudah pasti investor tidak akan masuk. Dan menariknya perusahaan seperti cukup sulit untuk dinilai,” ujar Andreas.
STEVY WIDIA