youngster.id - Pandemi ini merupakan ancaman, sekaligus pembuka gerbang peluang baru. Dengan digitalisasi, bisnis sudah selangkah lebih maju dan semakin kompetitif. Harapannya, go online tidak hanya dipahami oleh bisnis berskala besar saja, namun pemilik bisnis kecil, mikro, yang sehari-hari ditemui dapat go online dengan langkah-langkah sederhana terlebih dahulu.
Sebagai salah satu sektor yang paling terdampak pandemi, UMKM tidak dapat menggunakan cara lama untuk bertahan. Untuk itu, perubahan perilaku masyarakat akibat aturan physical distancing dan #dirumahaja juga menjadi faktor bisnis UMKM beradaptasi di era baru ini.
“Pembatasan aktivitas secara fisik, membuat titik kumpul masyarakat berpindah dari pertemuan tatap muka ke online atau virtual. Ini menandai (bahwa) dunia maya, ruang digital, merupakan kenormalan baru yang harus kita sambut bersama,” ungkap Ade Syah Lubis, CEO Niagahoster dalam konferensi pers yang disiarkan secara online Kamis (26/6/2020).
Niagahoster menemukan adanya kenaikan aktivasi hosting untuk keperluan membuat website sebesar 11,16% di bulan April, dan 7,25% di bulan Mei.
“Biasanya, di kuartal II tiap tahun atau memasuki bulan puasa, kami mengalami penurunan karena fokus masyarakat adalah untuk membeli kebutuhan-kebutuhan primer dan sekunder. Namun karena pandemi ini, kebutuhan masyarakat untuk go online terbukti meningkat,” ungkap Yogi Maulana, Senior Data Analyst Niagahoster.
Kenaikan jumlah aktivasi hosting ini dibarengi dengan kenaikan jumlah pemilik bisnis yang memiliki website di Niagahoster, yaitu meningkat sebesar 32,96% di bulan April. Diketahui bahwa bulan April adalah bulan diberlakukannya aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa kota di Indonesia.
“Dari data kami, lebih dari 70% orang memiliki website untuk mengembangkan usaha mereka.l,” ungkap Yogi Maulana.
Sementara, mulai dari literasi digital, infrastuktur, dan kemampuan SDM perlu disiapkan untuk mendorong transformasi digital di era new normal. Sayangnya, tingkat adaptasi teknologi yang lebih tinggi masih didominasi oleh kota-kota besar.
“UMKM harus mandiri dan adaptif atas kesadaran sendiri. Namun di satu sisi, para stakeholders harus juga responsif. Niat baik dari para stakeholders ditambah antusiasme UMKM akan menjadi katalis yang baik memasuki new normal dengan lebih siap,” ungkap Ade Syah Lubis
Saat ini ada banyak cara UMKM dapat belajar secara mandiri, antara lain melalui pelatihan online secara gratis yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun. Seperti e-book Niagahoster yang saat masa pandemi mengalami kenaikan rata-rata 50%. Data ini menunjukkan besarnya urgensi pemilik bisnis untuk memperlengkapi diri di era new normal dengan kemampuan mengelola platform digital.
“Mau tidak mau, siap tidak siap, roda perputaran ekonomi harus bergerak. Indonesia memiliki potensi berkembang yang besar. Dari sisi SDM, masyarakat kita punya jiwa enterpreneurship tinggi. Dari sisi SDA, ada banyak hal yang bisa kita olah dari kekayaan alam kita. Mari kita (para stakeholders) bersama membantu UMKM ini untuk mencapai kesuksesan dengan digitalisasi,” pungkas Ade Syah Lubis.
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post