youngster.id - Financial technology (Fintech) urun dana atau securities crowdfunding (SCF) terus berkembang di Indonesia. Berdasarkan data OJK per 6 September 2021 ada 6 pemain fintech urun dana. Salah satunya dalah Bizhare. Finceth ini mengklaim mengalami lonjakan nilai investasi 21 kali lipat atau 2.000% dalam dua bulan.
CEO Bizhare Heinrich Vincent mengatakan, jumlah investor juga meningkat 364%. Lonjakan nilai investasi terjadi selama Mei – Juli. Total investasi fintech urun dana ini Rp 50,6 miliar.
Sejak awal tahun hingga Agustus, jumlah investor aktif melonjak 364%. Sedangkan jumlah investor terdaftar tumbuh 166%. Hingga saat ini, total ada 61.122 investor terdaftar di Bizhare.
“Ini membuktikan, saat pandemi corona, minat masyarakat berinvestasi sangat tinggi,” kata Vincent dalam siaran pers, Senin (27/9/2021).
Menurut dia, ada tiga alasan jumlah investor dan nilai investasi meningkat. Pertama, fintech urun dana menjadi alternatif investasi Investasi dengan skema urun dana bisa menjadi alternatif selain reksa dana, saham maupun menjadi pemberi pinjaman (lender) ritel di fintech lending.
“Kami mengajak budaya gotong royong, investasi patungan mulai dari Rp 50 ribu ke berbagai bisnis terkemuka,” kata Vincent.
Kedua, terdorong lonjakan investor ritel, terutama dari kalangan millenial Bank Indonesia (BI) mencatat, jumlah investor ritel Indonesia 5,6 juta per Juni. Angka ini melonjak 125% dibandingkan 2019 yang hanya 2,5 juta. Namun BI mencatat, kontribusi investor milenial baru 50% dari total investor Tanah Air. Bank sentral menilai, porsinya bisa lebih besar jika merujuk pada jumlah penduduk muda di Nusantara.
Terakhir, Vincent mengatakan daya tarik Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang disasar. Bizhare menyasar UMKM di sektor waralaba atau franchise. “Kerja sama kami dengan brand kuliner, membantu pendanaan bagi sektor waralaba,” ujarnya.
Rata-rata deviden dari UMKM yang mendapatkan pendanaan yakni 12% – 72%. Bizhare memfasilitasi pendanaan kepada 57 bisnis, mulai dari ritel, waralaba hingga energi. Tahun depan, fintech ini menargetkan pendanaan kepada 2.000 bisnis.
Chief Financial Officer Bizhare Gatot Adhi Wibowo mengatakan, Bizhare menyiapkan sejumlah strategi untuk mencapai target tersebut. Seperti menyasar sektor ritel dan pangan Gatot menilai, UMKM di kedua sektor ini mampu bertahan di tengah pandemi corona. Selain itu, “menciptakan banyak lapangan kerja,” ujar dia.
Bizare juga menyasar pangsa pasar syariah dengan membuat aplikasi Bizhare Syariah. Ini menawarkan produk pendanaan dengan persyaratan dan skema syariah, seperti barang UMKM yang dibiayai halal atau sedikit utang kepada bank konvensional. Menurut Gatot, pasar syariah potensinya besar. Sejauh ini, penerbit atau bisnis yang mendaftar di skema syariah pun meningkat. Gatot mencatat, ada sekitar Rp 2,4 triliun kebutuhan pendanaan calon penerbit khusus berbasis syariah.
Gencar bekerja sama dengan berbagai ekosistem. Mitra yang diajak kerja sama mulai dari industri keuangan, lembaga pendidikan hingga pemerintah daerah (pemda). Di Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan Peraturan OJK (POJK) Nomor 57/POJK.04/2020 tentang Penawaran Umum Efek Melalui Layanan Urun Dana Berbasis Teknologi Informasi. Ini dikenal Securities Crowfunding (SCF). Melalui konsep penawaran efek, mekanisme SCF dilakukan lewat aplikasi atau platform digital.
STEVY WIDIA
Discussion about this post