Orangtua Indonesia Paling Protektif Anak dari Internet

Konten

Menonton konten video. (Foto: Ilustrasi/Youngsters.id)

youngster.id - Daftar platform media sosial yang terus bertambah setiap waktu. Semakin intens anak beraktivitas di internet maka semakin besar pula kemungkinan mereka mengakses berbagai konten yang tidak pantas, mulai dari pornografi sampai konten berbahaya yang mengandung radikalisme dan terorisme. Atau yang berhubungan dengan privasi dan keamanan finansial keluarga.

Pencegahan selalu menjadi konsep utama dalam memberikan perlindungan terhadap anak, konsep ini yang menjadi poin penting dalam Parental Control. Masalahnya kesadaran orangtua untuk memberikan proteksi yang layak pada anaknya tidak dilakukan dengan maksimal, hal ini diketahui dari studi yang dilakukan ESET di kawasan APAC atau Asia Pasifik.

Dari temuan survei ESET mengungkapkan bahwa hanya 29% responden yang menerapkan Parental Control pada perangkat yang digunakan anak-anak mereka. Temuan ini juga mengungkapkan bahwa 29% responden juga memberikan izin kepada anak-anak mereka untuk mengunduh program dan aplikasi sendiri.

“Peran Parental Control harus lebih diperkuat, terutama dengan munculnya keterlibatan sosial atau platform konten. Di usia muda, keingintahuan seorang anak harus dipupuk dan dilindungi. Kontrol orang tua memfilter aksesibilitas ke kemungkinan konten terlarang yang mungkin berdampak negatif pada anak-anak. Kontrol orangtua juga secara tidak langsung mengajarkan anak-anak nilai uang ketika membeli barang secara online. Ini adalah pelajaran berharga bagi anak-anak untuk dipelajari di usia muda, untuk memastikan bahwa mereka tidak menerima pembelian online begitu saja,” kata FitzGerald, peneliti Senior ESET dalam keterangannya, Senin (24/6/2019).

Dari survey tersebut didapati bahwa orangtua di Indonesia adalah yang paling protektif terhadap keamanan anak di kawasan Asia Pasifik. Selaras dengan temuan sebelumnya di mana 56% responden Indonesia menggunakan Parental Control untuk perangkat anak.

Dari hasil survei APAC hanya 36% responden yang melakukannya dengan memantau aktivitas anak saat menggunakan perangkat pintar mereka. Studi ini menunjukkan kurang perhatiannya orangtua terhadap aktivitas online anak, padahal di titik ini orangtua harus punya andil lebih banyak dalam mengawasi anak. Usia muda adalah usia yang sangat krusial.

Tapi hal tersebut tidak berlaku bagi Indonesia, responden yang mengikuti survei sebanyak 72% sepakat jika mereka harus mengawasi aktivitas online anak.

“Anak-anak hanya tahu internet adalah entitas ajaib yang mampu menjawab semua pertanyaan dan keingintahuan mereka. Yang tidak mereka tahu adalah tentang virus atau malware, privasi online, phising, etika jejaring sosial dan masalah internet lainnya. Di sini orangtua punya kewajiban untuk hadir sebagai jembatan penghubung yang mangarahkan anak agar sampai di seberang dengan aman tanpa harus mengekang aktivitas anak,” kata Yudhi Kukuh IT Security Consultant PT Prosperita – ESET Indonesia.

STEVY WIDIA

Exit mobile version