youngster.id - Industri game saat ini merupakan salah satu industri entertainment digital terbesar di dunia. Indonesia termasuk yang mengalalami perkembangan pesat. Sayangnya meski potensi pasar game Indonesia tinggi namun produknya masih didominasi oleh produk impor.
Ketua Asosiasi Game Indonesia (AGI) Cipto Adiguno mengatakan, pasar game Indonesia menempati peringkat 16 terbesar di dunia. Bahkan, tiap tahun masyarakat menghabiskan hingga Rp 25 sampai 30 triliun untuk game.
“Pertumbuhannya salah satu yang paling cepat di 2020, diperkirakan naiknya 32%,” kata Cipto dalam Rakornas Parekraf kegiatan yang disiarkan di kanal YouTube Kemenparekraf, Rabu (29/9/2021).
Cipto mengatakan ada beberapa hal yang memacu perrtumbuhan game di Indonesia, yakni penetrasi internet yang lebih baik, harga handphone yang lebih murah, dan pembatasan akibat pandemi membuat game menjadi hiburan yang mudah didapatkan di tahun 2020.
Namun dia juga mengungkapkan meski punya pasar yang bagus, industri game di Tanah Air masih didominasi oleh produk-produk dari luar. Padahal industri game Indonesia tumbuh pesat dengan compound annual growth rate 51 persen dari tahun 2018 sampai 2019.
“Ini pertumbuhan yang luar biasa bahkan dibanding market yang tumbuhnya cukup besar. Di tahun 2020 industri ini diperkirakan menghasilkan US$8,64 juta dolar tapi sayangnya itu cuma setengah persen dari market kita,” katanya.
AGI memperkirakan, hingga 2025 Indonesia masih akan menjadi pasar. Menurut Cipto, sebagian besar game di Indonesia masih menghasilkan uang yang ‘pergi ke luar negeri.’ “Kalau dilihat tahun 2020 kemarin berarti 99,5 persen dari 25 triliun itu pergi ke luar negeri,” lanjut Cipto.
Cipto pun mengungkapkan, AGI sudah bekerja sama dengan berbagai kementerian dan lembaga untuk mencari cara agar Indonesia tidak hanya menjadi pasar, tetapi juga bisa menghasilkan produk yang kompetitif.
Dia memberi contoh Korea Selatan (Korsel), industri game hampir menghasilkan US$20 miliar dalam setahun dan menciptakan hampir 90 ribu lapangan pekerjaan bagi masyarakat. “Mereka sudah mendominasi lokal. Cuma 2 %dari market mereka main game asing, sisanya main game lokal,” ujar Cipto.
Sementara itu meski Indonesia sudah memiliki game-game yang sukses, angkanya masih di kisaran US$ 1 sampai 3 juta.
“Kesuksesan ini pun tidak terjadi setiap tahun dari perusahaan yang sama. Jadi dalam konteks dunia, kita sebagian besar masih di tier 4. Jadi masih jauh dari kompetitor kita di luar sana,” ujarnya.
STEVY WIDIA
Discussion about this post