youngster.id - Program Literasi Keuangan Anak Cerdas yang diselenggarakan oleh Prestasi Junior Indonesia (PJI) bersama HSBC telah memasuki penyelenggaraan tahun ke dua. Hasilnya, pemahaman anak terhadap fungsi dan hakikat finansial meningkat.
Menurut Robert Gardiner, Executive Director PJI, selama satu tahun penyelenggaraan, program ini telah melibatkan 57 guru, 245 sukarelawan dan 1.883 siswa kelas 3 hingga kelas 5 di 8 Sekolah Dasar di 8 kota di Indonesia. Program ini direncanakan berjalan selama 3 tahun, dari Oktober 2015 hingga Juli 2018, menyasar 150 guru dan 13.000 siswa di 31 Sekolah Dasar di 12 kota di Indonesia ”“ Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Sidoarjo, Denpasar, Balikpapan, Makassar, Manado dan Pontianak.
Program Literasi Keuangan Anak Cerdas, diklaim Gardiner, telah memberikan indikasi positif tentang efektivitas penyelenggaraan program literasi finansial yang menyertakan nilai-nilai budi pekerti luhur. Seperti kejujuran, semangat berkerja penuh kesungguhan dalam mendapatkan penghasilan, bijak dalam mengelola pendapatan dan kebutuhan, menahan diri dari sifat konsumtif, hingga memiliki pemahaman fungsi finansial untuk kebutuhan sosial terhadap pembangunan karakter anak.
“Jika tingkat pemahaman anak terhadap finansial sebelumnya hanya berkisar antara 40% hingga 60%, kini setelah mengikuti Program Anak Cerdas pemahaman mereka terhadap fungsi dan hakikat finansial meningkat hingga mencapai 80%,” ungkap Gardiner.
Dijelaskan Gardiner, melalui aplikasi permainan edukatif di perangkat tablet, materi pembelajaran pada Program Anak Cerdas dirancang sesuai dengan pola pikir dan usia anak. Misalnya, untuk siswa-siswa di kelas 3 SD diajarkan pemahaman yang paling mendasar tentang perbedaan antara kebutuhan dan keinginan, cara mendapatkan uang, mengelola dan menyimpan kelebihan uang hasil dari pendapatan, memanfaatkan uang untuk memenuhi kebutuhan, dan memanfaatkan uang untuk kepentingan berbagi kepada sesama/lingkungannya. Selain memasukkan unsur-unsur kejujuran dan komitmen, materi yang disampaikan kepada anak juga mengandung unsur-unsur pelajaran berhitung dan ilmu sosial kemasyarakatan.
Untuk siswa-siswi di kelas 4 SD, konsep pembelajaran dirancang untuk mampu mendorong anak mengenali lingkungan kemasyarakatannya. Mereka diajak untuk mengenali jenis-jenis pekerjaan dan mengetahui secara garis besar keahlian yang disyaratkan untuk masing-masing jenis pekerjaan, mengindentifikasi bagaimana bisnis membantu memberdayakan sebuah lingkungan masyarakat, menjelaskan manfaat pajak dalam mendukung peningkatan kualitas layanan publik, hingga mampu memiliki gambaran tentang perputaran uang dalam sebuah ekosistem perekonomian.
Sedangkan untuk siswa-siswi kelas 5 SD, mengajak mereka untuk belajar mengenal dunia usaha secara langsung. Ini termasuk mengidentifikasi tempat-tempat orang membelanjakan uangnya, serta mengetahui tempat-tempat orang menyimpan uangnya. Siswa-siswi yang mengikuti program ini juga diajak untuk belajar menghasilkan produk yang benar-benar bisa menghasilkan uang, belajar membuat keputusan finansial yang tepat dan bijak, serta diajarkan secara langsung bagaimana mengelola penghasilannya tersebut.
“Anak-anak di usia sekolah dasar masih berada di dalam proses pembentukan karakter. Program literasi keuangan yang menyertakan nilai-nilai budi pekerti merupakan salah satu pendekatan efektif yang dibutuhkan. Dari kajian psikologi, literasi keuangan menyentuh aspek-aspek utama yang diperlukan untuk pembangunan karakter anak, seperti aspek fisik, kognitif, bahasa, emosi dan sosial,” imbuh Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si., Psikolog, seorang Psikolog anak dan keluarga.
Sementara itu, Nuni Sutyoko, Head of Corporate Sustainability, HSBC Indonesia, mengatakan: masih rendahnya tingkat literasi keuangan di Indonesia, yaitu 21,84%, mendorong pihaknya untuk terus berperan aktif dalam menghadirkan program-program edukasi yang menyasar ke semua lapisan masyakarat. Termasuk anak-anak yang tengah berproses dalam membangun karakternya.
Menurut Nuni, pihaknya berharap program-program yang diselenggarakan mampu berkontribusi terhadap peningkatan pemahaman finansial masyarakat Indonesia. Sekaligus turut membantu pemerintah dalam mewujudkan targetnya menjadikan 75% dari total penduduk Indonesia memiliki akses perbankan di tahun 2019.
“Sebuah tantangan yang menarik mengingat saat ini persentase penduduk Indonesia yang telah memiliki akun perbankan baru mencapai 36%,” ujar Nuni.
STEVY WIDIA
Discussion about this post