youngster.id - Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika menargetkan bisa mencetak 150 startup digital hingga 2024. Perusahaan rintisan ini diharapkan bisa berhasil mengembangkan skala bisnis dari segi pengguna, jumlah pendapatan, penyerapan tenaga kerja dan pendanaan dari Venture Capital.
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan mengungkapkan karena itu dibutuhkan semangat kolaborasi antar pelaku startup untuk pengembangan ekosistem ekonomi digital yang tangguh.
“Startup Studio Indonesia diharapkan bisa menjawab tantangan utama early stage startup. Hal ini dilakukan melalui transfer pengetahuan, membuka jejaring bisnis baru, serta membangun karakter dan kompetisi startup yang berdaya saing tinggi,” kata Semuel dalam keterangan pers Senin (17/5/2021).
Kominfo memprioritaskan enam (6) sektor bisnis startup untuk dikembangkan melalui program Startup Studio Indonesia ini. Sektor tersebut merupakan sektor industri unggulan Indonesia baik dari sisi sumber daya maupun tingkat penyerapan tenaga kerja yang tinggi. Keenam sektor industri tersebut antara lain pendidikan, kesehatan, maritim, agrikultur, pariwisata dan logistik.
Adapun kategori early-stage startup yang dapat mengikuti program ini adalah startup yang telah memiliki minimum valuable product (MVP) dan traction selama minimal 3 bulan, sedang dalam proses validasi product-market fit, telah berbadan hukum, dan dalam tahap pendanaan Angel, Pre-seed, Seed, Pre-Series A hingga Series A.
Dewan Kurator Startup Studio Indonesia, dan Partner Impactto Italo Gani mengungkapkan industri startup di Indonesia membutuhkan lebih banyak pendiri yang memiliki kemampuan menciptakan inovasi produk yang menjawab permasalahan yang ada di masyarakat, dan mengeksekusi ide tersebut dengan sangat baik.
“Indonesia masih kekurangan product person yang dapat memetakan kebutuhan pasar lokal dan mengembangkan customer traction secara konsisten. Padahal kekuatan produk sangat penting dalam memastikan keberlangsungan bisnis. Startup Studio Indonesia diharapkan dapat mencetak para pendiri startup yang kuat dalam aspek ini,” jelas dia.
Para alumni Startup Studi Batch 1 para alumni memperoleh manfaat nyata dalam pengembangan usahanya setelah mengikuti program ini. Tiga startup dari 20 alumni Batch 1 berhasil mendapat penawaran investasi dari pihak Venture Capital. Dan, sekitar 40% startup peserta memiliki lebih dari 20% month-to-month traction growth, di atas rata-rata industri.
Bahkan beberapa alumni berkolaborasi dan melakukan kerjasama komersial untuk pengembangan produknya Startup Studio Indonesia memperkuat dan melengkapi Gerakan Nasional 1000 Startup Digital dan NextICorn, program pemberdayaan startup digital yang diinisiasi Kominfo.
Startup Studio Indonesia Batch 2 merupakan program inkubasi untuk menggembleng startup terpilih untuk iterasi penyempurnaan produk, model bisnis, program retensi pelanggan awal sebelum masuk tahap perluasan pasar, serta pembangunan karakter dan kompetensi talenta digital.
Adapun 15 startup yang akan mengikuti Startup Studio Indonesia Batch 2 ini adalah ALIA, Appskep, AVTER, Cerah.co, Dibimbing.id, Legalku, LingoTalk, MyDoctors, Ovento, Prieds, Rahsa Nusantara, SejutaCita, Shieldtag, Tebengan dan Wehelpyou. Beberapa mentor yang terlibat pada batch 2 ini antara lain Grady Laksmono (Co-Founder Moka POS), Melisa Irene (Partner East Ventures), Jonathan Sudharta (Co-founder & CEO Halodoc), John Marco Rasjid (Co-founder & CEO Sociolla), dan Amanda Cole (Co-founder & CEO Sayurbox).
STEVY WIDIA