Pemodal Ventura Siap Dampingi Startup Untuk Melantai di Bursa

AMVESINDO

Asosiasi Modal Ventura untuk Start Up Indonesia (Amvesindo). (Foto: istimewa)

youngster.id - Para venture capital siap memberikan dukungan penuh bagi para mitra startup untuk bisa menjadi perusahaan publik. Hal ini berangkat dari suksesnya Bukalapak melantai di Bukalapak di Bursa Efek Indonesia melalui Initial Public Offering (IPO). Langkah ini diprediksikan akan menginspirasi startup Tanah Air untuk mengikuti jejak tersebut.

Bendahara Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (AMVESINDO) Edward Ismawan Chamdani mengatakan, asosiasi venture capital memang memiliki visi untuk tumbuh dan berkembang bersama dengan mitra startup. Dimana semangat IPO ini merupakan sebuah hal yang positif.

“Tentu kami akan memberikan dukungan kepada rekan-rekan startup yang berkeinginan IPO agar bisa mencapainya. Tapi tantangannya yang akan dihadapi para startup saat IPO juga akan lebih banyak jika dibandingkan perusahaan konvensional, karena perusahaan startup dituntut untuk lebih berhati-hati lagi ketika sudah menjadi perusahaan publik,” ungkap Edward dalam keterangannya, Kamis (30/9/2021).

Edward mengatakan IPO adalah satu dari tiga opsi utama bagi perusahaan rintisan untuk berkembang selain merger dan akuisisi. Beberapa tantangan yang kerap dihadapi para startup pasca IPO adalah terkait pemaparan peta persaingan, serta model bisnis yang lebih terperinci. Selain itu hitungan permodalan dan aset juga kerap menjadi bahan diskusi yang cukup panjang.

“Bagaimana pun, pilihan IPO merupakan hal yang sangat rasional dan wajar. Karena itu AMVESINDO akan memberikan bimbingan kepada para startup. Kami juga akan perbanyak sosialisasi terkait IPO untuk para startup. Dan juga terus mengadakan pelatihan bagi para venture capital untuk meningkatkan kapasitasnya terkait bisnis digital,” kata Edward.

Head of IDX Incubator Aditya Nugraha mengatakan Bursa Efek Indonesia sangat terbuka dan mendorong para startup dari kelas kecil, menengah, hingga besar untuk menjadi perusahaan publik.

“Bukalapak adalah salah satu contoh startup dengan skala usaha besar yang ditampilkan di papan utama. Sedangkan untuk startup yang belum unicorn kami memiliki papan akselerasi dan papan pengembangan,” kata Aditya.

Papan akselerasi merupakan display informasi bagi perusahaan yang memiliki aset kurang dari Rp 50 miliar. Sedangkan papan pengembangan ditunjukkan bagi  perusahaan dengan aset Rp 50 hingga 250 miliar.

Aditya mengatakan Bursa Efek Indonesia juga memiliki wadah untuk membantu para startup yang sedang menuju IPO. Dalam wadah inkubator tersebut, para startup akan dibimbing dan diberikan pelatihan teknis agar memenuhi berbagai syarat dan prasyarat administrasi IPO. Selain itu, Adit juga menambahkan, IDX Incubator bersama para venture capital juga berfokus memberikan bimbingan terkait metode bisnis yang berkelanjutan bagi startup itu sendiri.

“Berbicara IPO tentu tidak hanya soal perusahaannya saja, tapi juga investor. Kedua hal ini terlihat dalam tren yang membaik setiap tahunnya,” kata Aditya. Sejauh ini IDX Incubator sendiri sudah membantu lima startup, yakni Passpod, Runs System, Cashlez, Ultra Voucher, dan Pigijo untuk melantai di pasar saham.

Saat ini sudah ada 14 perusahaan di papan akselerasi dengan rata-rata aset mencapai Rp 48,7 miliar dengan realisasi pendanaan publik Rp 36,2 miliar.

Sementara itu, Direktur Pengawasan Lembaga Pembiayaan Industri Keuangan Non Bank OJK Yustianus Dapot T mengatakan, peran positif para perusahaan modal ventura terlihat dari pertumbuhan aset yang meningkat 13% secara tahunan dari Rp 18,8 triliun menjadi Rp 21,3 triliun pada periode Juni 2021.

“Dari 44 venture capital yang ada saat ini sudah melakukan pembiayaan usaha produktif dan penyertaan saham sebesar Rp 10,18 triliun dan Rp 4,9 triliun,” katanya. OJK berharap tren positif ini akan terus berlanjut, khususnya realisasi penyertaan modal yang juga bisa menjadi sarana pengenalan dasar bagi startup terhadap pasar modal.

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version