Pendeteksi Longsor Buatan Peneliti Indonesia Ini Mendunia

Teuku Faisal Fathani, penemu sistem pendeteksi tanah longsor dari UGM (foto : istimewa)

youngster.id - Tanah longsor merupakan peristiwa alam yang menjadi ancaman bagi manusia. Peristiwa ala mini ternyata bisa diminimalisasi dengan sistem deteksi dini longsor. Alat ini diciptakan seorang peneliti Indonesia.

Adalah Teuku Faisal Fathani, peneliti sekaligus penemu alat pendeteksi longsor dari Universitas Gadjah Mada. Ia mengaku terinspirasi dari alat-alat pendeteksi gempa asal Jepang yang dibawa oleh Japan International Coorporation Agency (JICA) saat menanggulangi bencana longsor di Indonesia pada 1999.

“Kini, alat deteksi tanah longsor sudah masuk ke generasi keempat,” kata Faisal dilansir Liputan6, belum lama ini. Ia menjelaskan, sistem pendeteksi tanah longsor jadi lebih tangguh, mudah dijalankan, kuat, kokoh, dan tahan terhadap cuaca. Kini sistem pendeteksi tanah longsor ini kini telah dipasang di 20 provinsi di Indonesia.

Bukan hanya digunakan di komunitas dalam negeri, sistem pendeteksi dini longsor ini pun dipakai oleh perusahaan seperti Pertamina Geothermal Energy di tujuh provinsi, di situs Freeport di Timika, Papua, serta di perusahaan tambang Medco. Sementara di luar negeri, sistem pendeteksi ini digunakan di perusahaan tambang di Myanmar dan akan segera dipakai di Laos, Timor Leste, dan Selandia Baru.

Tidak hanya itu, saking banyaknya kebutuhan akan sistem pendeteksi tanah longsor ini, Faisal dan mahasiswa UGM melatih industri kecil di wilayah yang membutuhkan untuk membuat alat pemantau tanah longsor GAMA-EMS. “Sampai sekarang saya sudah tidak menghitung berapa banyak alat yang sudah dibuat,” ujar Faisal.

Selain berguna, lima alat deteksi dini longsor ini juga sudah dipatenkan. Di antaranya adalah ekstensiometer generasi satu manual, ekstensiometer generasi satu dengan pembacaan kertas, dan ekstensiometer digital dengan kartu memori.

Pada 2006 Faisal mencoba menciptakan alat pendeteksi tanah longsor yang diberi nama GAMA-EWS. Sempat mengalami kesulitan dari sisi elektroniknya, Faisal mengajak mahasiswa jurusan Teknik Elektro UGM untuk ikut membantu. Sebagai hasilnya, pada 2007 Faisal dan tim berhasil membuat alat deteksi dini tanah longsor generasi pertama yang pembacaan pergerakan tanahnya masih manual.

Tidak berpuas diri, dosen Teknik Sipil UGM ini terus mengembangkan alat pendeteksi dini tanah longsor. Hingga kini pencatatan tak lagi dilakukan secara manual. Kemudian alat pendeteksi longsor disempurnakan kembali oleh Faisal dengan menggunakan kartu memori. Dengan demikian, pemantauan dapat dilakukan tanpa harus mendekati alat.

Atas inovasi ini, UNESCO menetapkan UGM sebagai Pusat Unggulan Dunia dalam Pengurangan Risiko Bencana Tanah Longsor 2011-2014 dan 2014-2017.

Yang juga membanggakan, alat pendeteksi dini tanah longsor ini juga telah mendapat pengakuan dunia pada saat pertemuan para pakar tanah longsor yang dihadiri 80 negara di Jepang (2008, Italia (2011) dan Tiongkok (2014).

MARCIA AUDITA
Editor : Stevy Widia

Exit mobile version