youngster.id - Peneliti Universitas Gajah Mada Nugroho Imam Setiawan, terpilih mengikuti kegiatan penelitian masa depan planet bumi di Antartika yang diadakan Japan Antartic Research Expedition (JARE).
Dengan menggunakan kapal ekspedisi Shirase. Peneliti UGM, Nugroho telah tiba di Antartika. Dosen di Departemen Teknik Geologi UGM ini akan memulai kegiatan lapangan tahap pertama yang akan berlangsung selama 41 hari di lapangan hingga 5 Februari 2017.
Nugroho merupakan satu-satunya anggota tim ekspedisi yang berasal dari kawasan Asia Tenggara. Ia berhasil masuk dalam tim JARE 58 bersama dengan dua peneliti lain dari Mongolia dan Srilanka setelah melalui seleksi wawancara dan rekomendasi.
Melalui email yang ditulisnya, Nugroho mengatakan bahwa saat ini kapal berhenti di tengah lautan es di daerah Teluk Lutzow-Holm yang berjarak kira-kira 10 km dari Stasiun Penelitian Syowa milik Jepang dengan koordinat S 69 01 02.71 dan E 39 15 73.42. Selisih waktu dengan Indonesia adalah 4 jam lebih awal daripada Indonesia.
“Kondisi di luar kapal sangat dingin dengan suhu rata-rata – 5 derajat celcius. Alhamdullilah tidak ada badai dan kami sudah tidak bisa lagi menjumpai malam hari lagi karena matahari selalu bersinar 24 jam,” ungkap Nugroho yang dilansir humas UGM.
Ia menambahkan kapal Shirase dilengkapi teknologi memecah es sehingga jalur pelayaran di atas es menjadi lautan terbuka selebar tubuh kapal. Hal ini dimanfaatkan rombongan penguin berspesies Adelie untuk mencari ikan di sepanjang jejak yang ditinggalkan oleh Shirase. Akibatnya, bagian belakang kapal menjadi tempat berkumpul para penguin.
Lebih lanjut, kata dia menjelaskan dari tempat kapal berhenti ke arah tenggara terlihat Pantai Soya di Timur Laut Antartika yang tertutupi es tebal dengan morfologi pegunungan. Bagian atas dari pegunungan tersebut tidak tertutupi salju sehingga struktur foliasi bertipe gneissik sangat jelas terlihat menggunakan teropong dan kamera berlensa tele yang juga merupakan target penelitian mereka.
“Pegunungan ini diberi nama Langhovde yang merupakan nama Norwegia berdasarkan negara penemu pertama kali yang berarti kepala panjang,”urainya.
Selain itu, beberapa grup peneliti telah diberangkatkan ke Stasiun Syowa menggunakan helikopter. Nugroho menuturkan ada perubahan jadwal bagi tim geologi dikarenakan 1 helikopter mengalami kerusakan. Jadwal lapangan ini mundur dari seharusnya 19 Desember menjadi 27 Desember.
Informasi lain yang disampaikan Nugroho yaitu tim peneliti Terrestrial Biology akan memasang sensor gerak dan kamera pada 20 anjing laut spesies Weddel Seal (15 betina dan 5 jantan) untuk diteliti habitat dan aktivitas hidupnya. Tim tersebut mengadakan voting untuk memberikan nama bagi 20 anjing laut tersebut.
“Dari dua nama yang saya usulkan hanya satu nama untuk betina yaitu GAMA dari GAdjah MAda terpilih dalam 10 besar untuk nama salah satu anjing laut betina dan akan digunakan untuk penelitian,” ungkapnya.
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post