youngster.id - Pertumbuhan industri financial technology atau fintech, begitu pesat di Indonesia. Mengacu data Asosiasi Fintech Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan pada Desember 2019, dunia fintech Tanah Air didominasi oleh produk peer to peer (P2P) Lending, dengan porsi 43%. Kolaborasi menjadi kunci dalam pengembangan bisnis digital di masa sekarang ini.
Co-founder sekaligus Chief Operating Officer (COO) Qoala Tommy Martin, mendorong perlunya kolaborasi perusahaan P2P Lending dengan insurtech untuk memajukan sektor teknologi finansial.
“Adapun, insurance technology/ insurtech berada di angka 3%, yang salah satu perusahaannya yaitu Qoala,” kata Tommy dalam siaran pers, Selasa (24/11/2020).
Tommy menjelaskan, Qoala adalah perusahaan rintisan di bidang teknologi asuransi atau insurtech dengan misi memasyarakatkan asuransi melalui kombinasi pengembangan produk baru yang didukung oleh teknologi dan proses klaim berbasis digital, dan machine learning.
“Kami Qoala siap untuk bekerja sama dengan perusahaan P2P Lending, pelaku industri keuangan, perusahaan asuransi dan tentunya regulator, untuk dapat menunjang inklusi keuangan di Indonesia, terutama di situasi bisnis yang menantang seperti pandemi ini,” ujarnya.
Menurut Tommy, kolaborasi dengan insurtech tak hanya sebatas melindungi P2P Lending dan pendana atau lender-nya. Qoala juga bisa memberikan solusi produk asuransi bagi karyawan dan infrastruktur P2P Lending, yang punya manfaat besar untuk menunjang bisnis perusahaan. Saat ini Qoala sudah bekerja sama dengan sejumlah perusahaan P2P Lending, diantaranya Akseleran dan Investree.
“Banyak jenis produk asuransi yang bisa dikembangkan untuk perusahaan P2P Lending. Di Qoala, yang penting adalah proses klaimnya, demi memberikan pengalaman merasakan benefit dari asuransi yang mudah dan menyenangkan. Era saat ini adalah era kolaborasi dan era digital. Bersama kita bisa memajukan inklusi keuangan digital di Indonesia,” tambah Tommy.
Sementara itu, Ekonom Josua Pardede menjelaskan, performa perusahaan P2P Lending cukup bagus dengan pertumbuhan lebih dari 100% per tahun.
Pada September 2020, portofolio kredit P2P Lending mencapai Rp 128,7 triliun. Selain kolaborasi dengan insurtech, Josua menilai perlunya P2P Lending mendapat dukungan dari perbankan.
“Perbankan perlu berkolaborasi dengan P2P Lending, bukan melihat P2P Lending sebagai lawan. Justru harus kolaborasi, melengkapi gap karena tidak semua bank ahli dalam menyasar segmen UMKM. Yang perlu disadari adalah UMKM berkontribusi 60 persen pada pertumbuhan ekonomi, namun masih ada UMKM yang belum dapat akses ke pembiayaan,” ungkap Josua.
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post