Perlu Kerja Sama Untuk Bangun Keamanan Siber dan Ruang Digital

ITSEC: Cyber Security Summit 2023

ITSEC: Cyber Security Summit 2023 di Jakarta. (Foto: istimewa/youngster.id)

youngster.id - Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat di Indonesia dalam berbagai sektor mengharuskan kita turut meningkatkan kesadaran akan urgensi dari infrastruktur siber yang tangguh, mulai dari sumber daya manusia yang kompeten, hingga sistem keamanan yang tepat.

President Director ITSEC Asia Andri Hutama Putra mengatakan, melalui event   ITSEC: Cyber Security Summit 2023 pihaknya berupaya memberikan kesadaran, pelayanan dan bantuan untuk membangun ekosistem sehingga dapat menciptakan ruang digital yang aman di kemudian hari.

“Seluruh pihak harus dapat bekerjasama secara konkret dan bergandengan tangan untuk saling membantu, baik BSSN, ITSEC Asia sebagai pelaku usaha, dan pemerintah Indonesia, untuk menjaga keamanan ruang lingkup digital di kemudian hari,” katanya dalam siaran pers, Jumat (20/1/2023).

Menurut dia, dunia digital tidak pernah berhenti berevolusi dan berkembang, begitu juga dengan ancaman siber yang semakin bervariasi dan beragam. Oleh karena itu acara konferensi ini bertajuk “Cyber Attack Defense and Mitigation Strategy in the Era of Data Leakage membahas beragam tantangan utama yang perlu diwaspadai oleh institusi dan korporasi dalam lanskap keamanan Teknologi Informasi pada tahun 2023 dan tahun-tahun mendatang.

“Kami harap acara ini dapat menjadi ajang bagi para pemangku kebijakan cybersecurity untuk saling bertukar informasi, ide, dan gagasan, serta memberikan wawasan yang dibutuhkan dalam membangun ekosistem keamanan informasi yang tangguh di Indonesia,” kata Andri lagi.

Acara ini menghadirkan para tokoh di bidang keamanan informasi dari berbagai industri untuk saling berbagi pengalaman, bertukar ide, dan mengulas tantangan yang ada dalam landskap keamanan siber di Indonesia, khususnya menyikapi peningkatan pesat jumlah serangan siber yang menyasar lembaga pemerintah, perusahaan serta masyarakat luas.

“Keamanan ruang siber nasional itu tidak bisa hanya satu bagian atau satu institusi tertentu, harus bersifat semesta dengan melibatkan semua komponen bangsa. Pemerintah harus berkolaborasi dengan pelaku bisnis dan akademisi dalam menjaga keamanan ruang digital,” kata Hinsa Siburian, Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).

Hinsa juga memaparkan bahwa data anomali traffic pada tahun 2022 hasil monitoring dari pusat operasi keamanan siber BSSN ada hampir 1 M atau 976 juta lebih ini anomali ancaman yang ada di ruang siber, seperti malware activity (56,84%), information leak (14,75%), trojan activity (10,90%), dan yang lainnya (17,51%).

Sementara itu CEO StoneTree Group Patrick Dannacher mengungkapkan, perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat di Indonesia dalam berbagai sektor mengharuskan kita turut meningkatkan kesadaran akan urgensi dari infrastruktur siber yang tangguh, mulai dari sumber daya manusia yang kompeten, hingga sistem keamanan yang tepat.

“Meningkatnya isu keamanan siber membuat kita harus cekatan dalam membantu seluruh elemen di Indonesia untuk melindung diri dari setiap ancaman siber yang ada. Dimulai dengan mengedukasi masyarakat dalam memahami masalah yang terjadi, sehingga setiap orang dapat menjaga datanya tetap aman,” katanya.

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version