youngster.id - Lanskap digital di Indonesia menghadapi ancaman baru yang mengkhawatirkan: penipuan berbasis kecerdasan buatan (AI). Deepfake, yang dapat menciptakan video dan audio palsu yang meyakinkan, dan Account Takeover (ATO), di mana penjahat mencuri identitas online pengguna, dan sudah semakin canggih.
Whitepaper terbaru VIDA bertajuk, “Where’s The Fraud? The State of Authentication and Account Takeovers in Indonesia,” menemukan fakta bahwa: 67% konsumen telah mengalami transaksi tidak sah di akun digital mereka.
Laporan itu juga menemukan bahwa 84% bisnis telah mengalami insiden keamanan karena SMS OTP, termasuk penipuan penggantian SIM dan serangan phishing. Selanjutnya, sebanyak 98% bisnis menghadapi tantangan autentikasi, tetapi hanya 9% yang mengadopsi langkah-langkah keamanan yang lebih kuat.
Data-data ini menegaskan, perlindungan konsumen di era digital tidak bisa dilakukan secara parsial. Ancaman penipuan AI, deepfake, dan ATO adalah tanggung jawab kita bersama. Kolaborasi seluruh pelaku industri, dari perbankan hingga penyedia layanan identitas digital, adalah kunci untuk menciptakan ekosistem digital yang aman dan tepercaya bagi masyarakat Indonesia. Dengan bersinergi, industri dapat membangun pertahanan yang kuat dan memastikan keamanan konsumen dalam bertransaksi di ruang digital
“Penipuan berbasis AI bukan lagi ancaman masa depan, tetapi terjadi saat ini. ATO terjadi ketika penjahat mendapatkan informasi login Anda, dan kemudian mereka bertindak seolah-olah mereka adalah Anda,” ujar Niki Luhur, Founder dan Group CEO VIDA.
Menurut Niki, sebagai penyedia identitas digital, verifikasi dan autentikasi terkemuka di Indonesia, VIDA memperjuangkan solusi anti-penipuan yang dapat menghilangkan account takeover, penipuan deepfake, dan serangan social engineering, untuk memastikan ekosistem digital yang lebih aman bagi semua.
“Industri keuangan yang kuat harus selaras dengan langkah pemberdayaan dan edukasi kepada masyarakat, serta selalu update diri dengan perkembangan inovasi di dunia keamanan digital,” imbuh Dedi Noor Cahyanto, Deputi Direktur Perlindungan Konsumen, Bank Indonesia.
STEVY WIDIA
Discussion about this post