youngster.id - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) dan Schneider Electric kembali menyelenggarakan Electrical Education Program & Competition (EEPC), program pendidikan dan pelatihan vokasi untuk pengembangan kompetensi para calon ahli listrik Indonesia.
Dalam program EEPC kali ini, Schneider Electric juga mengajak para generasi muda menyalurkan ide-ide kreatifnya dalam mencari solusi yang dapat meningkatkan keselamatan diri dan orang-orang terdekat dari bahaya listrik dengan perangkat arus residual RCD.
Haryono, Koordinator Bidang Program, Data dan Informasi BBPPMPV BMTI, Kemendikbud Ristek mengatakan masa depan dunia akan semakin bergantung pada listrik. Penguatan kompetensi dasar seperti instalasi listrik, perangkat pengaman listrik seperti RCD, hingga pengenalan software semakin dibutuhkan terlebih sekarang ini peta perencanaan kelistrikan sebuah bangunan pintar semakin kompleks.
“Schneider Electric sebagai produsen perangkat kelistrikan dan juga pelaku industri yang memiliki pengalaman dalam transformasi digital dapat memberikan perspektif menyeluruh akan inovasi-inovasi baru dalam solusi kelistrikan dan kompetensi ahli listrik yang dibutuhkan pelaku industri dalam mendukung transformasi digitalnya,” kata Haryono, dikutip Selasa (11/10/2022).
Sekitar 7102 siswa/I dan guru dari 103 SMK jurusan kelistrikan mengikuti sesi pelatihan dan pembekalan secara online selama 3 minggu yang berlangsung pada 18 Agustus hingga 1 September 2022 lalu. Tema pembelajaran pada program EEPC kali ini berfokus pada mempersiapkan para calon ahli listrik menghadapi era Electricity 4.0. Para peserta yang telah menyelesaikan seluruh webinar akan memperoleh sertifikasi EEPC dari Schneider Electric dan Kemendikbud Ristek.
M. Farhan Lucky, Distribution Vice President Schneider Electric Indonesia & Timor Lestemengatakan, Internet of things (IoT) dan Revolusi Industri 4.0 tengah membawa kita pada era Electricity 4.0. Era dimana listrik dan digital saling bergantung dan tidak lagi dapat dipisahkan satu sama lain. Pemanfaatan teknologi digital dikombinasikan dengan listrik akan semakin luas dan masif bahkan lintas sektor.
“Transformasi pabrik pintar, kendaraan listrik, smart grid, bangunan pintar, smart hospital, energi baru terbarukan, dan masih banyak lagi adalah masa depan dunia yang akan membutuhkan tenaga ahli kelistrikan yang lebih terampil dan berwawasan luas lintas bidang ilmu,” ujar Farhan.
Pelatihan dan pembekalan pada program EEPC menekankan pada kemampuan problem solving, strategic thinking, analisa data, dan pengenalan pada pengoperasian berbagai software yang diterapkan industri saat ini. Tujuannya untuk melengkapi ilmu yang diperoleh di sekolah dengan wawasan dan ilmu praktis yang diterapkan di industri.”
Tidak hanya ilmu baru di bidang kelistrikan, materi pembelajaran juga memfokuskan pada keamanan instalasi listrik mengingat kasus kebakaran akibat korsleting listrik terus meningkat.
Di akhir program, Schneider Electric dan Kemendikbud Ristek menggelar kompetisi yang mengangkat tema ‘Pentingnya Keselamatan Kita dan Keluarga dengan Perangkat Arus Residual RCD’.
“Kasus kebakaran belakangan ini terus meningkat. Di DKI Jakarta saja menurut catatan Damkar hingga September 2022 ini tercatat 1.197 kasus dan penyebab utamanya kebanyakan akibat korsleting listrik atau masalah arus pendek listrik. Kompetisi EEPC kali ini, kami menyediakan platform bagi teman-teman SMK untuk mengeksplor ide kreatifnya untuk mencari solusi dalam mengantisipasi terjadinya kebakaran akibat korsleting listrik,” tutup Farhan.
HENNI SOELAEMAN
Discussion about this post