youngster.id - Perusahaan teknologi global Huawei dilaporkan membukukan angka penjualan kuartal IV yang lebih positif dibanding tahun lalu, yakni sebesar 191 miliar yuan atau sekitar Rp 430,8 triliun. Perolehan ini membaut Huawei siap bangkit kembali di tahun 2023.
CEO Huawei Eric Xu mengklaim bahwa perusahaan berhasil keluar dari krisis dan kembali ke bisnis seperti sediakala.
“Pada tahun 2022, kami berhasil keluar dari krisis. Pembatasan AS sekarang menjadi normal baru (new normal) kami, dan kami kembali ke bisnis seperti biasa,” tulis Xu dalam surat menyambut Tahun Baru 2023.
Huawei sempat tersandung akibat embargo yang dilakukan Amerika Serikat, pada 2019. Secara umum, Huawei masuk daftar hitam dan tidak bisa menjual produknya serta mendapatkan komponen ke/dari perusahaan asal AS. Konsekuensi dari blacklist itu, smartphone Huawei tidak boleh menggunakan sistem operasi Android, tidak dibekali layanan Google (Google Mobile Service/GMS) seperti YouTube, Google Maps, Google Drive, serta tidak bisa menggunakan chipset 5G dari Qualcomm.
Kondisi tersebut membuat bisnis smartphone Huawei goyah. Bahkan, Huawei harus terdepak dari lima besar vendor ponsel dunia dan menghentikan produksi chipset Kirin yang selama ini tertanam di ponsel Huawei. Dilansir laman Gizchina, Huawei telah mengalami penurunan penjualan yang sangat besar sejak sanksi AS diberlakukan.
Huawei juga mau tak mau harus mengembangkan sistem operasinya “HarmonyOS” dan ekosistem Huawei Mobile Services (HMS) sebagai pengganti dari layanan Google.
Menurut laporan Bloomberg, angka penjualan setahun penuh Huawei diprediksi mencapai 636,9 miliar yuan (sekitar Rp 1.437 triliun), sedikit naik dibandingkan tahun 2021 yang sebesar 636,8 miliar yuan (setara Rp 1.436 triliun). Meski tumbuh, pendapatan untuk tahun 2022 itu disebut masih jauh di bawah rekor pendapatan Huawei pada 2019 yang mencapai US$122 miliar atau setara Rp 1.898,9 triliun.
Menurut laporan SamMobile, Huawei bisa bangkit berkat strategi perusahaan men-diversifikasi (penganekaragaman) sumber pendapatannya. Tak hanya menjual smartphone, Huawei juga mulai menjual paten, serta teknologi dan layanan kepada berbagai pelanggan, termasuk perusahaan mobil, penambang, dan kawasan industri.
Pada tahun 2022, Huawei mulai memungut biaya paten dari Apple, Samsung, dan perusahaan lain. Kepala Kekayaan Intelektual Huawei, Alan Fan mengatakan perusahaannya telah menandatangani lebih dari 20 perjanjian lisensi terkait mobil terhubung (connected car), Internet of Things, jaringan, dan mobile. Laporan lain menyebutkan bahwa Huawei telah menghabiskan tiga tahun terakhir untuk meneliti, mengembangkan, dan mencari sumber teknologi dan komponen yang merupakan alternatif dari solusi Amerika Serikat, negara yang memblokirnya.
Huawei juga mengonfirmasi bahwa mereka telah berhasil melakukan terobosan dalam proses litografi EUV bersama lembaga Administrasi Properti Intelektual Nasional China.
STEVY WIDIA