youngster.id - Insiden keamanan siber tengah membatasi kemampuan setiap organisasi di Indonesia untuk memanfaatkan peluang-peluang di era ekonomi digital saat ini. Sebuah studi oleh Frost & Sullivan yang diprakarsai oleh Microsoft menunjukkan bahwa potensi kerugian ekonomi di Indonesia akibat insiden keamanan siber dapat mencapai angka US$34,2 miliar.
Angka tersebut merupakan 3,7% dari total PDB Indonesia sebesar US$932 miliar. Menanggapi hal ini, Microsoft sebagai ahli dalam bidang keamanan merasa perlu mengambil peran.
“Berapa banyak alat keamanan yang kita punya untuk melindungi lingkungan kita? Untuk menjawabnya tidaklah semudah yang kita harapkan. Namun ketika saya mengetahui perkiraan jumlahnya, ternyata sangat jelas kita berada dalam masalah, dan saya merupakan bagian dari masalah itu. Orang seperti saya sudah cukup lama berada di industri ini untuk menghadapi beragam masalah server dan aplikasi. Sekarang, kita sedang menghadapi permasalahan keamanan,” kata Tony Seno Hartono, National Technology Officer Microsoft Indonesia dalam keterangannya, Rabu (1/8/2018) di Jakarta.
Untuk itu, Microsoft menganjurkan untuk melihat beberapa alasan mengapa setiap organisasi yang disurvei merasa perlu untuk memiliki strategi keamanan siber. Menurut studi tersebut, hanya 20% berpendapat bahwa keamanan siber merupakan penggerak transformasi digital dan kunci untuk pertumbuhan dan kesuksesan bisnis di masa depan. Sebaliknya, 40% menyatakan alasan tradisional dan taktis, seperti perlindugan dari serangan-serangan dan menjadi pembeda dari kompetitor. Banyak juga yang menyatakan bahwa mengenai proyek baru, masalah keamanan biasanya menjadi pertimbangan setelah pelaksanaan, bukan sebelumnya.
Studi Microsoft mendukung sebuah pertanyaan yang kurang menyenangkan yang banyak diketahui: Banyak pengambil kebijakan di wilayah kita masih bergantung pada cara-cara yang sudah kuno dalam menghadapi resiko, dan hal ini mengakibatkan kurangnya informasi dan kesiapan untuk menghadapi tantangan keamanan siber yang dapat secara signifikan menghambat prospek pertumbuhan bisnis mereka. Transformasi digital telah menimbulkan kebutuhan teknologi yang aman dan terpercaya, sebuah faktor terdepan dan inti bagi kesuksesan bisnis.
Namun masih terlalu banyak organisasi yang merasa bahwa keamanan merupakan sebuah tambahan, atau bahkan hal yang dipikirkan pada saat terakhir. Beberapa bisnis berpendapat bahwa mengatasi isu keamanan tidak diperlukan, bahkan disaat kejahatan siber semakin canggih dan di saat batasan TI tradisional semakin hilang dengan berbagai perangkat, aplikasi, dan data yang baru hadir di lingkungan kerja.
Untuk bisa berhasil dan berkembang sebagai perusahaan digital di tahun-tahun mendatang, setiap organisasi harus menjadikan keamanan sebagai bagian dari alur alami proses dan siklus bisnis mereka. Dan, untuk memastikan keamanan, kerahasiaan, dan penyesuaian, perlindungan data perusahaan memerlukan pendekatan yang baru.
Menurut Tony, lingkungan ancaman yang selalu berubah sangatlah menantang, namun selalu ada cara untuk lebih efektif dengan menggunakan perpaduan teknologi modern, strategi, dan keahlian yang tepat.
“Microsoft memberdayakan bisnis di Indonesia untuk mendapatkan manfaat transformasi digital dengan memberikan teknologi yang tersedia bagi mereka, secara aman melalui platform produk yang aman, dipadukan dengan kecerdasan unik dan kemitraan industri yang luas. Di Indonesia, kami bekerja sama dengan lima penyedia pusat data lokal yaitu TelkomTelstra, CBN, VibiCloud, Visionet, dan Datacomm, untuk menyediakan platform awan hybrid yang aman yang memudahkan bisnis di Indonesia untuk mengoptimalkan operasi mereka serta memaksimalkan nilai mereka,” katanya menegaskan.
STEVY WIDIA
Discussion about this post