youngster.id - Sejak 2014, Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) melalui ProgramMigrasi dan Diaspora telah membuka program entrepreneurship dan telah menjaring 250 alumni Indonesia yang kuliah di perguruan tinggi Jerman.
Sebagian besar dari mereka kini berkembang dan turut berkontribusi bagi pembangunan Indonesia di berbagai bidang.
Dalam Indonesia Diaspora Festival 2021, GIZ memberikan ruang bagi 20 alumni Program Migrasi dan Diaspora yang terpilih untuk menampilkan karya mereka di berbagai bidang, seperti teknologi, seni dan kreativitas, serta kearifan lokal, yang berpotensi mendukung perekonomian Indonesia. Sebelumnya, GIZ telah memberikan pelatihan dan workshop, serta mengadakan kompetisi bisnis bagi para diaspora untuk diseleksi dan ditampilkan dalam pameran yang menjadi bagian dari festival.
Di antara para alumni Program Migrasi dan Diaspora yang menampilkan karyanya dalam Indonesia Diaspora Indonesia 2021 adalah Agust Danang Ismoyo (Pavilion Sembilanlima), Stephanie Larassati (AT-ARS), Imannuel Manurung (Olah Kebaikan Bersama), Adam Pamma (Malikal Zentrum Institute), Widya Esthi Riany (Lula Pasta), Abriansyah (Gaya Bahasa Institut), Agesa Permadi (LOGOS), Nur Anindya Setiyaningsih (Mak Rah Pireng), Novita Dwi Saraswati (VIU Outfitters), Enggar Jati Priatiwi (Athlimah), Ahmad Risqi Meydiarso (Feedloop). Selain itu, festival ini juga diramaikan oleh Germany Indonesia Professionals (GIP), German-alumni Entrepreneur Network (GEN), Business Innovation Center (BIC), dan Goethe Institut.
Stephanie Larassati, Founder Atelier Larassati (AT-LARS), mengakui dukungan GIZ dalam pengembangan usaha para alumni amat besar. AT-LARS adalah studio arsitektur yang bergerak untuk memberikan dampak yang positif bagi lingkungan dan sosial. Di masa pandemi, AT-ARS juga membantu rumah sakit membangun arsitektur sementara. Karya-karyanya juga mendapatkan berbagai penghargaan.
“Sebagai alumni yang telah meninggalkan Jerman sejak lama, kami merasa dukungan GIZ seperti di acara Indonesia Diaspora Festival 2021 sangat luar biasa. Acara seperti ini bisa menjadi platform yang sangat baik untuk memperkenalkan bisnis dari alumni Program Migrasi dan Diaspora ke publik,” ujar Stephanie, dalam keterangan tertulis, dikutip Senin (06/12/2021).
Hal senada diungkapkan oleh Agust Danang Ismoyo, lighting specialist designer sekaligus salah seorang Pendiri Pavilion Sembilanlima. “Pelatihan dari GIZ sangat membantu kami ketika memulai bisnis sebagai startup sehingga mulai dikenal pasar. Ajang Indonesia Diaspora Festival 2021 bagus untuk memperkenalkan para lulusan Jerman serta produk karya anak bangsa yang tidak kalah dengan mancanegara,” ungkap Danang.
Danang yang pernah tinggal selama tujuh tahun di Jerman akhirnya kembali ke Tanah Air dan membangun Pavilion Sembilanlima bersama tiga rekannya, untuk menyebarkan dan mengaplikasikan ilmu lighting (tata pencahayaan) dalam hal desain arsitektur untuk membangun Indonesia yang lebih baik.
Menutup Indonesia Diaspora Festival 2021, Makhdonal Anwar, Pemimpin Tim Program Migrasi dan Diaspora, GIZ Indonesia menyampaikan komitmen GIZ untuk terus mendukung para diaspora Indonesia dan mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di Jerman agar kembali ke Indonesia dan mengaplikasikan ilmu yang mereka peroleh untuk membangun Indonesia dan berkontribusi bagi masyarakat Indonesia secara luas.
“Kami berterima kasih atas partisipasi para diaspora dan lulusan perguruan tinggi di Jerman yang telah kembali ke Tanah Air dan ikut serta dalam Indonesia Diaspora Festival 2021, serta atas antusiasme masyarakat terhadap kegiatan ini, sehingga Program Migrasi dan Diaspora makin dikenal luas. Kami berharap, melalui program yang kami jalankan, kami dapat menjaring lulusan-ulusan terbaik asal Indonesia untuk berkarya bersama membangun negeri,” tutup Makhdonal.
STEVY WIDIA
Discussion about this post