Program Keberlanjutan Nestle Indonesia Capai Target Lebih Cepat

Inisiatif penanaman pohon PT Nestlé Indonesia. (Foto: istimewa/Nestlé Indonesia)

youngster.id - Program Keberlanjutan PT Nestlé Indonesia telah berjalan secara signifikan mulai dari hulu ke hilir. Pencapaian itu diantaranya pengurangan emisi karbon sebesar 20,38% pada 2024 dan  pasokan 21,3% bahan baku utama dari praktik pertanian regeneratif. Target ini tecapai lebih cepat satu tahun dari rencana.

Presiden Direktur PT Nestlé Indonesia Samer Chedid mengatakan, di Indonesia, Nestlé telah menerapkan berbagai program yang berkontribusi pada pencapaian target keberlanjutan global dengan menyesuaikan tantangan dan peluang lokal. Beberapa target utama keberlanjutan yang menjadi fokus Nestlé Indonesia meliputi pengurangan emisi karbon, peningkatan penggunaan bahan baku regeneratif, pengurangan penggunaan plastik virgin dan penerapan ekonomi sirkular, hingga peningkatan akses terhadap gizi berkualitas.

“Melalui berbagai program kami yang pro-petani rakyat, kami berkomitmen untuk mendukung rantai pasok yang berkelanjutan, memastikan kesejahteraan mereka sambil menjaga standar kualitas terbaik. Komitmen ini sejalan dengan upaya kami dalam mencapai tujuan lingkungan yang lebih luas, seperti di antaranya termasuk komitmen global kami untuk mencapai net zero emissions pada 2050 di bawah empat pilar keberlanjutan kami, bertindak atas perubahan iklim, pengemasan berkelanjutan, menjaga air, dan pengadaan bahan baku yang bertanggung jawab,” ujar Samer.

Sementara itu, Direktur Corporate Affairs & Sustainability PT Nestlé Indonesia Sufintri Rahayu menambahkan, partisipasi aktif Nestlé pada pengembangan infrastruktur pengelolaan sampah juga terus dilakukan untuk meningkatkan kapasitas daur ulang dan mengurangi limbah yang berakhir di tempat pembuangan akhir. Pendirian TPS3R Baraya Runtah di Karawang merupakan salah satu bentuk dukungan Nestlé dalam upaya pengurangan sampah rumah tangga dikirim ke TPA. Fasilitas ini mengelola sekitar 4,8 ton sampah per hari dari sekitar 4.000 rumah tangga.

“Melalui inovasi, keberlanjutan, dan praktik bisnis yang bertanggung jawab, Nestlé terus berupaya menciptakan dampak berkelanjutan yang melibatkan para pemangku kepentingan dan masyarakat luas, termasuk para petani yang merupakan mitra usaha,” katanya.

Komitmen keberlanjutan Nestlé juga mencakup dukungan terhadap sektor pertanian dan peternakan rakyat, termasuk di Indonesia. Business Executive Officer Adult Dairy Mirna Tri Handayani mengatakan, di Indonesia, Nestlé telah bermitra dengan para peternak sapi perah rakyat di Jawa Timur untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan mereka melalui pertanian regeneratif.

“Sejak 1975, kami telah melakukan pendampingan dan edukasi teknis, bantuan sarana produksi, hingga akses ke pasar maupun keuangan kepada para mitra peternak. Melalui upaya-upaya ini, Nestlé mampu menggunakan 100 persen susu segar hasil dari peternakan rakyat sebagai bahan baku produksi susu murni BEAR BRAND,” jelas Mirna Tri Handayani, Business Executive Officer Adult Dairy.

Dia mengatakan, perusahaan telah membangun lebih dari 8.800 kubah biogas dan 2.400 unit slurry application sebagai sumber pupuk. Nestlé juga turut mencatat keberhasilan dalam mengimplementasikan program pertanian regeneratif di lebih dari 2.000 petani kopi rakyat di Lampung melalui inisiatif RegenTa yang merupakan bagian dari Nescafé Plan 2030.

Head of Sustainable Agri PT Nestlé Indonesia Syahrudi mengatakan, program ini membantu petani meningkatkan kesuburan tanah, mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, dan menciptakan sumber pendapatan tambahan melalui diversifikasi tanaman (agroforestry) dan peternakan yang sesuai dengan kondisi lokal. Lebih lanjut,melalui Farmer Business School, petani kopi tidak hanya meningkatkan praktik pertanian mereka, tetapi juga mengembangkan keterampilan kewirausahaan yang membantu mereka mengelola bisnis pertanian mereka dengan lebih baik.

“Hingga akhir 2024, secara global Nestlé telah berhasil memperoleh 21,3% bahan baku utama dari petani yang menerapkan praktik pertanian regeneratif, yang melampaui target awal 20% pada 2025,” jelasnya.

Langkah lain dalam mewujudkan keberlanjutan adalah transisi dari kemasan plastik konvensional ke kemasan yang lebih ramah lingkungan. Pemakaian plastik virgin telah berkurang 21,3% sejak 2018 secara global melalui berbagai upaya seperti penggunaan plastik daur ulang dalam kemasan hingga penerapan desain kemasan yang lebih efisien dalam penggunaan material.

“Di Indonesia sendiri, inisiatif nyata yang dilakukan meliputi mengganti seluruh sedotan plastic di produk ready-to-drink dengan sedotan kertas, menggunakan kemasan plastik yang memiliki kandungan daur ulang (recycled content), melakukan desain kemasan yang dapat mengurangi penggunaan plastik dan bertransisi menggunakan bahan kemasan plastik yang dapat didaur ulang (recyclable),” jelas Maruli Sitompul, Sustainability Delivery Lead PT Nestlé Indonesia.

 

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version