youngster.id - Kementerian Perindustrian telah memfasilitasi lebih dari 400 ribu siswa-siswi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk mengikuti program pendidikan vokasi yang link and match dengan industri. Program yang digulirkan sejak tahun 2017 ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) Indonesia sekaligus dapat mengurangi angka pengangguran.
“Mereka disiapkan agar bisa langsung bekerja setelah lulus, karena telah memiliki kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan di dunia industri saat ini. Sebab, mereka mendapatkan pembelajaran yang porsinya 70% praktik dan 30% teori,” kata Mujiyono Koordinator Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin, dalam keterangan resminya, Senin (11/3/2019) di Jakarta.
Mujiyono mengungkapkan, hingga tahap kesembilan, pihaknya telah melibatkan sebanyak 2.350 SMK dan 899 perusahaan dengan total perjanjian kerja sama mencapai 4.351 yang telah ditandatangani. Di mana, dalam perjanjian kerja sama tersebut, satu SMK dapat dibina oleh beberapa perusahaan sesuai kebutuhan dan kejuruan yang diinginkan. Dengan rata-rata peserta 200 siswa setiap SMK.
Program pendidikan vokasi ini telah menjangkau wilayah Jawa, Sumatera, hingga Sulawesi. Adapun target pada tahun ini, sebanyak 2.685 SMK dapat dibina atau menjalin kerja sama dengan industri.
“Kami akan terus lanjutkan, karena antusiasmenya baik dari SMK maupun industri sangat tinggi. Pada bulan Maret ini, akan diluncurkan lagi untuk wilayah Jawa Barat,” ujarnya.
Mujiyono menyampaikan, upaya tersebut merupakan wujud nyata dari pelaksanaan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK dalam rangka peningkatan kualitas dan dayasaing SDM Indonesia. “Kami optimistis, program pendidikan vokasi link and match antara SMK dengan industri akan menekan angka pengangguran yang signifikan dari lulusan SMK,” kata Mujiyono menegaskan.
Oleh karenanya, untuk menekan angka pengangguran di ruang lingkup SMK maka dibutuhkan kerja keras melalui kolaborasi dengan berbagai pihak terkait, seperti kementerian dan lembaga serta asosiasi industri. “Untuk hasil drastisnya, mungkin dapat dilihat dua atau tiga tahun ke depan,” pungkasnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2018 saja, tingkat pengangguran terbuka (TPT) dari lulusan SMK mengalami penurunan. Tahun 2017, TPT lulusan SMK sebesar 11,41%, turun menjadi 11,24 % di 2018.
STEVY WIDIA
Discussion about this post