youngster.id - Industri layanan kesehatan dunia, termasuk Indonesia tengah mengalami tantangan yang besar, yaitu kekurangan tenaga kesehatan, kesenjangan data informasi, dan juga kesenjangan keberlanjutan. Untuk meningkatkan alur kerja, produktivitas, dan kualitas perawatan, pelaku industri layanan kesehatan harus memanfaatkan teknologi digital.
Menurut Laporan Indeks Kesehatan (Future Health Index) Philips tahun 2024, sistem layanan kesehatan di seluruh dunia menghadapi tantangan kritis, seperti kekurangan tenaga kerja, burnout, dan juga meningkatkan permintaan pasien. Hal ini dilihat dari 50% pemimpin layanan kesehatan di wilayah Asia Pasifik (APAC) mengalami peningkatan burnout, dan juga rendahnya semangat kerja.
Dengan kondisi ini, lebih dari 70% pemimpin layanan kesehatan merasa khawatir dapat memberikan dampak lebih lanjut terhadap kekurangan tenaga kerja, dan juga berdampak pada terlambatnya perawatan pasien.
Hal yang sama juga dirasakan secara signifikan di Indonesia, di mana dibutuhkan 166.000 tenaga profesional kesehatan untuk mencapai standar Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).
Selain itu, dalam memiliki data yang terintegrasi dan juga memanfaatkan teknologi digital menjadi sebuah kebutuhan yang besar. Terutama ditengah situasi kesenjangan data informasi menjadi sebuah tantangan bagi pemimpin kesehatan secara global, termasuk di Indonesia.
Padahal, penekanan peran transformasi kesehatan digital telah menjadi sebuah agenda pemerintah, dalam Transformasi Sistem Kesehatan dari Kementerian Kesehatan, Republik Indonesia (Kemenkes RI). Hal ini diharapkan dapat menciptakan sistem kesehatan yang saling terhubung.
Ini termasuk dalam memperluas teknologi kesehatan digital dan mengimplementasikan sistem Big Data. AI menawarkan peluang besar untuk mengoptimalkan alur kerja klinis dan meningkatkan hasil pasien dengan menganalisis data pasien untuk mendapatkan insight yang dapat ditindaklanjuti.
Hal ini sejalan dengan temuan Laporan FHI, di mana pemimpin layanan kesehatan di Asia Pasifik melihat potensi besar dalam menggabungkan data dari berbagai sumber untuk memberikan narasi pasien yang terpadu. Manfaatnya meliputi peningkatan rencana perawatan, perbaikan jalur perawatan, perkiraan kebutuhan pasien yang lebih baik, pengurangan kejadian buruk, dan penurunan angka rawat ulang di rumah sakit.
“Saat ini, industri layanan kesehatan memiliki tantangan besar yang perlu kita atasi. Permasalahan ini mencakup kekurangan tenaga kesehatan, kesenjangan data informasi, dan juga kesenjangan keberlanjutan. Tidak hanya di cakupan global, Indonesia pun juga menghadapi permasalahan yang sama,” kata Astri Ramayanti Dharmawan, Presiden Direktur Philips Indonesia, Kamis (12/9/2024).
Menurut Astri, pihaknya berkomitmen untuk terus berkolaborasi dengan para penyedia layanan kesehatan dalam perjalanan transformasi digital mereka. Philips melihat masa depan layanan kesehatan yang cerdas melibatkan jaringan terhubung antara perawatan langsung dan virtual, yang didukung oleh wawasan real-time dan prediktif untuk meningkatkan kolaborasi dan efisiensi operasional.
Misalnya, clinical command center dengan mengintegrasikan data dari berbagai sumber untuk menyederhanakan penyampaian perawatan, mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya, dan meningkatkan manajemen pasien di berbagai setting perawatan. Analisa prediktif membantu memperkirakan dan mencegah kemacetan alur pasien, mengatasi kekurangan tenaga kerja, dan meningkatkan hasil pasien.
Di bidang radiologi, solusi yang mengintegrasikan otomatisasi, AI, dan keahlian klinis dapat mempercepat alur kerja, meningkatkan efisiensi, dan pengalaman kerja. Di bidang kardiologi, wawasan berbasis AI mendukung perencanaan perawatan dan intervensi dini, memprediksi kejadian jantung potensial, dan mengelola situasi akut dengan lebih efektif.
“Data dan AI memainkan peran penting dalam transformasi digital sistem kesehatan Indonesia. Philips memanfaatkan kemampuan AI dan informatika serta menjalin kemitraan untuk mengembangkan teknologi pencitraan, intervensi, dan pemantauan. Melalui kolaborasi ini, kami bertujuan untuk memberikan solusi layanan kesehatan yang lebih cerdas dan memperluas akses perawatan,” tambah Astri.
Di Indonesia, Philips telah bermitra dengan lebih dari 500 rumah sakit dan melatih lebih dari 1.000 tenaga kesehatan, yang mencerminkan komitmen perusahaan untuk meningkatkan akses layanan kesehatan dan mendukung pengembangan profesional.
“Kedepannya, kami akan terus berkomitmen untuk membantu penyedia layanan kesehatan mengadopsi teknologi digital. Hal ini bertujuan untuk mengatasi tantangan sistemik dan memperluas akses perawatan ke lebih banyak orang, dan juga mendukung upaya pemerintah dalam mencapai Indonesia Sehat,” tutup Astri.
HENNI S.
Discussion about this post