youngster.id - PT Bank SMBC Indonesia Tbk yang sebelumnya dikenal sebagai Bank BTPN terus menjangkau segmen yang lebih luas melalui solusi keuangan yang berorientasi pada kebutuhan nasabah, baik retail maupun korporasi. Upaya tersebut mengantarkan SMBC Indonesia mencatatkan kenaikan pendapatan operasional (konsolidasi) sebesar 24% year-on-year (yoy) menjadi Rp12,97 triliun rupiah pada Januari-September 2024.
“SMBC Indonesia terus bertumbuh dengan mencetak performa yang baik, didukung fundamental keuangan yang kuat, untuk menghadirkan lebih banyak pertumbuhan berarti,” kata Henoch Munandar, Direktur Utama SMBC Indonesia dalam keterangan yang dikutip Kamis (31/10/2024).
Dia memaparkan, pertumbuhan pendapatan operasional (konsolidasi) didorong oleh pendapatan bunga bersih yang naik 22% yoy menjadi Rp10,98 triliun, kenaikan pendapatan bunga dari kredit, pendapatan dari penempatan aset likuid, seperti surat berharga, serta pendapatan bunga bersih dari Grup OTO. Selain itu, pertumbuhan pendapatan juga dikontribusikan oleh pendapatan dari bancassurance, kartu kredit, cash management, dan trade and guarantee. Aset SMBC Indonesia pun tumbuh 17% yoy menjadi Rp228,6 triliun pada akhir September 2024, mencerminkan kinerja yang stabil dan kuat di tengah dinamika pasar.
SMBC Indonesia juga membukukan pertumbuhan kredit yang mencerminkan komitmen Perseroan dalam menghadirkan solusi finansial yang relevan. Penyaluran kredit naik 16% yoy menjadi Rp175,1 triliun yang mayoritas pertumbuhannya berasal dari kredit Grup OTO. Penyaluran kredit di segmen Joint Financing, serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) juga meningkat, masing-masing sebesar 676% (yoy) dan 12% (yoy).
“Performa baik kami pada periode ini merupakan kontribusi dari usaha Bank SMBC Indonesia secara organik dan diperkuat dengan akuisisi yang kami lakukan terhadap Grup OTO untuk selalu memberikan pelayanan yang komprehensif, inovatif, dan relevan bagi masyarakat Indonesia yang membutuhkan pembiayaan kendaraan roda dua dan empat. Bagi kami, pertumbuhan bersama akan memberikan dampak yang lebih bermakna,” kata Henoch.
Laporan keuangan konsolidasi SMBC Indonesia periode Januari-September 2024 telah memperhitungkan kinerja keuangan PT Oto Multiartha (OTO) dan PT Summit Oto Finance (SOF), atau Grup OTO dari SMBC Indonesia pascaakuisisi Maret 2024.
Kemudian, SMBC Indonesia mencatatkan laba bersih setelah pajak (konsolidasi) yang diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar Rp1.994 miliar pada Januari-September 2024, lebih rendah 4,8% yoy. Faktor penyebab penurunan laba bersih ini di antaranya adalah biaya kredit yang naik 45% yoy, atau sebesar Rp863 miliar dan peningkatan beban operasional sebesar 27% menjadi Rp7 triliun.
“Biaya-biaya tersebut berasal dari pertumbuhan volume usaha dan inisiatif yang sedang dikerjakan SMBC Indonesia serta perhitungan biaya kredit dan operasional dari Grup OTO seiring dengan pertumbuhan bisnis,” paparnya.
Penyaluran kredit yang meningkat turut diimbangi dengan kualitas kredit yang tetap terjaga dengan rasio gross non-performing loan (NPL) berada di level 2,16% per akhir September 2024. Walau naik dari 1,47% secara yoy, yang salah satunya dipengaruhi oleh non-performing financing (NPF) dari Grup OTO, NPL SMBC Indonesia masih lebih rendah dibanding rata-rata industri, yaitu 2,26% per akhir Agustus 2024.
SMBC Indonesia juga menjaga rasio likuiditas dan pendanaan tetap sehat. Per 30 September 2024, SMBC Indonesia mencatatkan liquidity coverage ratio (LCR) sebesar 225,7% dan net stable funding ratio (NSFR) sebesar 119,4%. Perseroan pun membukukan rasio kecukupan modal yang kuat berkat capital adequacy ratio (CAR) di level 29,8%.
“Sebagai pionir bank digital di Indonesia melalui Jenius, SMBC Indonesia juga konsisten mengembangkan kapabilitas digital untuk memastikan cara yang mudah, cerdas, dan aman untuk akses ke berbagai solusi keuangan bagi masyarakat digital savvy dan juga pengembangan fitur-fitur bagi segmen wealth management di dalam Jenius,” pungkas Henoch.
Jenius berhasil menumbuhkan jumlah pengguna terdaftar sebesar 16% yoy menjadi 5,9 juta per akhir September 2024. Total penyaluran kredit (Flexi Cash, Digital Micro, Kartu Kredit Jenius, dan Jenius Paylater) juga mengalami peningkatan sebesar 112% yoy menjadi Rp3,3 triliun, dari Rp1,3 triliun. Dana pihak ketiga yang dikelola Jenius turut tumbuh 11% yoy menjadi Rp27,2 triliun.
STEVY WIDIA