youngster.id - Hasil studi global dari Dell Technologies yang diluncurkan Dell EMC Indonesia berjudul “Gen Z: masa depan telah tiba”, mengungkapkan bahwa Generasi Z (Gen Z) memasuki dunia kerja dengan mentalitas “teknologi pertama”. Ini akan mendorong dunia bisnis masuk lebih dalam ke era digital, sekaligus berpotensi memperbesar kesenjangan antara lima generasi tenaga kerja.
Menurut penelitian ini, generasi setelah milenial yaitu mereka yang lahir setelah tahun 1996 memiliki pemahaman mendalam dan universal tentang teknologi dan potensinya untuk mengubah cara kita bekerja dan hidup.
Gen Z Indonesia memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi akan keterampilan teknologi mereka dibandingkan rekan-rekan mereka di Asia Tenggara dan global (Indonesia: 69%, SEA: 62%, global: 52%) dan optimis bahwa mereka memiliki keterampilan teknologi yang dibutuhkan perusahaan.
“Walaupun perjalanan transformasi digital tentunya unik bagi setiap perusahaan, survei ini mengungkapkan bahwa generasi muda Indonesia siap menjadi bagian dari- dan membantu mengarahkan perjalanan transformasi tersebut,” ungkap Catherine Lian, Managing Director, Dell EMC Indonesia di acara seminar Studi Gen Z dari Dell Technologies Kamis (14/2/2019) di Jakarta.
Studi Gen Z ini mewawancarai 723 pelajar sekolah menengah dan perguruan tinggi di Indonesia, sementara lebih dari 12.000 pelajar sekolah menengah dan perguruan tinggi di 17 negara ikut ambil bagian dalam survei ini. Sebanyak 4.331 pelajar dari enam negara Asia Tenggara yaitu Indonesia, Filipina, Vietnam, Thailand, Singapura dan Malaysia juga berpartisipasi dalam riset ini.
Menurut studi ini, generasi muda Indonesia berada di peringkat tertinggi dalam sejumlah kategori penelitian.
“Hal tersebut tentunya merupakan fakta positif, tapi juga menciptakan tantangan bagi perusahaan-perusahan karena mereka harus memiliki strategi dan teknologi yang tepat untuk mengundang calon karyawan yang tepat, sementara di saat yang sama juga harus menemukan landasan prinsip yang sama-sama bisa diterima oleh multi-generasi karyawan di tempat kerja,” sambungnya.
Catherine menyatakan tidak bisa dipungkiri bahwa kelompok calon pekerja baru ini memiliki keunggulan keterampilan teknologi dan data, tapi yang cukup mengejutkan adalah tingkat kematangan digital yang mereka bawa ke tempat kerja.
“Tapi fakta menunjukkan bahwa kita tidak membesarkan dan mendidik suatu generasi robot. Bagi Gen Z, teknologi bukan hanya sebagai alat untuk mendorong kemajuan manusia, tapi
juga sebagai sarana untuk memeratakan pemberdayaan informasi. Kombinasi dari visi dan optimisme mereka sangatlah luar biasa,” jelas Catherine.
Menurut dia, di zaman kemitraan manusia dan mesin ini, semua perusahaan harus memiliki strategi untuk bisa mengintegrasikan manusia dan teknologi untuk berkembang. Perusahaan/organisasi harus menerapkan pendekatan yang bisa memanfaatkan potensi luar biasa dari berbagai teknologi baru, meningkatkan konektivitas dan memproses daya, dengan kemampuan untuk mengelola dan melindungi data dalam jumlah besar.
Teknologi ini harus berjalan seiring dengan tenaga kerja yang memiliki keterampilan dan kemahiran digital tinggi sehingga transformasi digital bisa sepenuhnya terwujud. “Meski generasi ini praktis telah berinteraksi dengan perangkat elektronik sejak lahir dan tumbuh dengan media sosial, Gen Z Indonesia masih membutuhkan interaksi manusia di tempat kerja,” pungkasnya.
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post