Supertext Hadirkan Layanan Komunitas Untuk Jembatani Kesenjangan Digital Di Indonesia

Supertext

CEO dan Founder Supertext Martin Jacobson. (Foto: stevywidia/youngster.id)

youngster.id - Ekonomi digital adalah kunci masa depan ekonomi dunia. Bahkan di masa pandemi ekonomi digital diperkirakan mampu menyumbang 15,5% PDB global, dan membuka peluang masyarakat kecil menjadi bagian dari rantai pasok global. Untuk itu kesetaraan akses digital menjadi target dunia, termasuk Indonesia.

Sayangnya saat ini ada 2,9 miliar penduduk dunia belum terhubung ke internet, termasuk 73% penduduk negara kurang berkembang. Di Indonesia berdasarkan data APJII, setidaknya masih ada 20% masyarakat Indonesia yang belum terhubung dengan internet.

Tantangan ini yang coba dijawab oleh Supertext. Platform asal Swedia ini menyediakan aplikasi messenger yang memungkinkan pengguna di seluruh Indonesia berkomunikasi dengan atau tanpa internet.

“Misi Supertext adalah untuk mendukung komunikasi di seluruh kepulauan Indonesia dengan menjembatani kesenjangan digital di antara warganya, baik yang memiliki internet maupun yang tidak,” kata Martin Jacobson CEO dan Founder Supertext kepada media, Selasa (22/11/2022) di Jakarta.

Aplikasi Supertext didirikan Martin di Stockholm Swedia dan hadir di Indonesia sejak 2015.  Martin menjelaskan, alasan dia mengembangkan aplikasi ini berawal dari kendala yang dialami oleh orang Swedia dalam berkomunikasi, karena kondisi alam yang dilingkupi pegunungan dan hutan. Kondisi yang sama juga dia lihat ada di Indonesia yang merupakan negara kepulauan.

“Dengan teknologi hybrid Supertext yang menjangkau dari jaringan 2G hingga 4G memungkinkan penggunanya untuk berkomunikasi dengan baik meski tanpa jaringan internet,” ungkapnya.

Saat ini sudah Supetext telah memiliki 8,3 juta pengguna dengan lebih dari 3 miliar pesan yang terkirim. Bekerjasama dengan operator telekomunikasi di Indonesia membuat pengguna Supertext juga tersebar di seluruh Indonesia, termasuk di wilayah Maluku, NTT dan Papua. Bahkan pengguna yang berada di daerah tanpa internet dapat menggunakan layanan Supertex 2G dengan Telkomsel secara gratis.

Menurut Martin, transformasi digital adalah tentang menyatukan komunitas. Apalagi Indonesia merupakan negera dengan jumlah penduduk besar, termasuk juga komunitas startup. Untuk itu, platform perpesanan asal Swedia ini menghadirkan fitur baru pada platform 3G/4G-nya yaitu layanan Bergabung dengan Komunitas.

“Transformasi digital didorong oleh komunikasi dan teknologi. Untuk itu Supertext memungkinkan semua orang saling terhubung satu dengan lain terutama dalam komunitas. Kami melihat bahwa komunitas adalah bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Untuk itu kami menghadirkan fitur baru ini,” kata Martin.

Layanan Bergabung Dengan Komunitas ini bisa membuat grup yang dapat menampung lebih dari 1.000 anggota dalam setiap grup. Salah satu grup yang ada di Supertext adalah Komunitas Pergerakan Milenial Nusantara (Permana) dari Muhammadiyah. Mereka menggunakan Supetext untuk memposting pengumuman dan aktivitas layaknya di media sosial.

“Teknologi hybrid Supertext memungkinkan komunikasi antara pengguna 4G dengan 2G saling terhubung dengan mudah baik dari pulau dan daerah terpencil hingga pusat kota dan perkotaan dengan dan tanpa Internet,” kata Martin menegaskan.

Martin menambahkan bahwa misi Supertext adalah untuk mendukung komunitas di seluruh kepulauan Indonesia dengan menjembatani kesenjangan digital di antara warganya, baik yang memiliki internet maupun yang tidak.

“Ini adalah upaya Supertext untuk menyediakan layanan digital bagi mereka yang tidak mampu dan merupakan salah satu cara Supertext mendukung transformasi digital Indonesia,” pungkasnya.

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version