youngster.id - Masalah yang dihadapi oleh komunitas esports kampus tidak pernah jauh dari stigma negatif soal gaming.
Hal itu diungkapkan Iqbal Nurpasha, Wakil Ketua Eksternal UKM UI Esports, pada acara webinar UNITY bertajuk Building Communities and Crafting Strategies for Sustaining Member Existence” yang digelar UniPin Community.
“Stigma dari lingkungan adalah bahwa esports itu masih cuma main-main. Tentunya itu jadi challenge terbesar ketika komunitas atau UKM kita lagi berjalan, terutama di lingkungan kampus yang identik dengan atmosfer akademis. Menanggapinya, kita harus menunjukkan bagaimana kita bisa mewadahi para mahasiswa,” ungkap Iqbal, dikutip Sabtu (3/2/2024).
Selain tantangan dari luar, ada pula tantangan dari dalam yang harus dihadapi komunitas, salah satunya adalah konflik internal. Sebagai mahasiswa dengan usia muda, tentu ada banyak perbedaan pendapat dan ego yang sulit untuk diredam.
Ikin Sugiharto selaku VP Gunadarma Esports menjelaskan bagaimana menghadapi hal ini dan menemukan jalan tengah dari permasalahan ini.
“Menghadapi konflik internal, yang pertama tentunya adalah komunikasi. Selain dari kita hanya sekedar mendengarkan dari masing-masing anggota, kita juga bisa mengadakan dialog terbuka agar masing-masing saling mengetahui perspektif mereka,” kata Ikin.
Bagi komunitas esports kampus, dukungan dari kampus adalah hal yang utama. Pengakuan secara resmi dan fasilitas yang diberikan jadi pendukung berkembangnya komunitas ini. Hal-hal ini adalah sesuatu yang diperjuangkan oleh anggota demi keberlangsungan komunitasnya. Nurul Wardah Assaumi selaku GM IPB Esports memaparkan beberapa hal yang telah mereka lakukan demi mendapatkan dukungan dari kampus.
“Kita harus berani mengkomunikasikannya terus ke pihak kampus. Meskipun kadang belum mendapat respons, kita harus sering-sering follow-up ke pihak kampus. Namun, sebelum maju ke pihak kampus, kita harus menyusun program dengan jelas, kegiatannya apa aja, dan rencananya akan seperti apa, dan hasil dari program sebelumnya seperti apa untuk meyakinkan kampus bahwa komunitas ini membawa hal yang positif,” kata Nurul.
Lalu, bagaimana membentuk dan membangun komunitas esports, khususnya di lingkungan universitas?
“Membuat suatu komunitas itu sebenarnya ada tiga pilar: tujuan, kepengurusan, dan kegiatan yang bermanfaat demi tercapainya tujuan tersebut. Tiga hal ini harus bersinergi demi keberlangsungan komunitas dan menjaga loyalitas para anggotanya,” tutup Arman Arman, Senior Community Project UniPin.
HENNI S.