Telkom University Bawa Menara BTS Bergerak Untuk Bantu Korban Gempa Cianjur

Telkom University

Tim Telkom University dan menara BTS bergerak di lokasi terdampak gempa Cianjur. (Foto: istimewa)

youngster.id - Telkom University menurunkan tim relawan yang terdiri dari mahasiswa, dosen, dan pegawai, untuk membantu korban gempa Cianjur. Mereka membawa Mobile Cognitive Radio Base Station (MCRBS) yang berperan seperti menara BTS bergerak yang diangkut mobil bak terbuka.

“Mobil ini itu berfungsi seperti Base Transceiver Station (BTS) operator telekomunikasi seluler untuk hadir di daerah Cugenang, Kabupaten Cianjur. Ada 70-an orang yang sinyalnya terhubung dengan alat kami,” kata Khoirul Anwar, Direktur Advanced Intelligent Communications (AICOMS) Telkom University dalam siaran pers, Senin (28/11/2022).

Menurut Khoirul, perangkat itu juga bisa menangkap seluruh jaringan komunikasi plus WiFi untuk tablet yang tidak berkartu. “Rangcangan mobil ini memang menyesuaikan kondisi di lokasi bencana seperti banjir, longsor, gempa bumi, dan tsunami, yang ikut memutus akses telekomunikasi dan listrik,” ujarnya.

Dalam kondisi semua BTS di sekitar lokasi bencana itu mati, termasuk baterainya yang nihil pasokan listrik, MCRBS bisa mengambil peran. Fungsinya juga untuk membantu evakuasi korban serta koordinasi para regu penolong pada situasi darurat.

Mekanismenya, korban bencana atau regu penolong menghubungi nomor darurat yang akan diterima MCRBS. Alat kemudian memindai ke seluruh frekuensi dari 2G sampai 5G lalu panggilan diteruskan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

Dari laporan tim di lapangan, Khoirul mengatakan, MCRBS dapat berfungsi dengan normal setelah mengalami beberapa kendala teknis pada awal pengoperasian. “Kehadiran MCRBS di Cianjur untuk membantu pemulihan jaringan sekaligus melakukan aksi penyelamatan korban bencana,” kata dia.

Dalam kondisi semua BTS di sekitar lokasi bencana itu mati, termasuk baterainya yang nihil pasokan listrik, MCRBS bisa mengambil peran. Fungsinya juga untuk membantu evakuasi korban serta koordinasi para regu penolong pada situasi darurat.

Mekanismenya, korban bencana atau regu penolong menghubungi nomor darurat yang akan diterima MCRBS. Alat kemudian memindai ke seluruh frekuensi dari 2G sampai 5G lalu panggilan diteruskan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

Dari laporan tim di lapangan, Khoirul mengatakan, MCRBS dapat berfungsi dengan normal setelah mengalami beberapa kendala teknis pada awal pengoperasian. “Kehadiran MCRBS di Cianjur untuk membantu pemulihan jaringan sekaligus melakukan aksi penyelamatan korban bencana,” kata dia.

MCRBS terdiri dari seperangkat menara seluas satu meter persegi  dan setinggi dua meter. Menara didukung antena, sistem daya, dan sistem kontrol yang ditempatkan pada bagian belakang mobil bak terbuka. Area tangkapan sinyalnya dalam radius satu kilometer.

Bersumber daya mandiri, tenaga listriknya berasal dari generator, aki, dan panel tenaga surya, agar dapat digunakan di daerah yang tidak terjangkau setrum. Daya listriknya dimulai dari 40 watt kemudian turun sekitar 20 watt saat terus digunakan. Alat dan sistem itu telah dipasang di sebuah kota di Sumatera dipadukan dengan informasi banjir, longsor, gempa, dan tsunami.

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version