youngster.id - Potensi online travel agent (OTA) masih menjanjikan. Optimis akan itu, platform OTA Tiket terus melakukan ekspansi. Untuk itu, mereka siap membuka fundraising atau pendanaan baru di tahun ini. Perusahaan juga menargetkan segera cetak laba.
CEO Tiket George Hendrata mengungkapkan, dana segar bakal dipakai untuk ekspansi bisnis perusahaan. Perusahaan sedang giat membuka kantor baru baik di Indonesia maupun di luar negeri.
“Pertumbuhan kami per tahunnya selalu di atas 100%. Untuk itu kami siap buka diri lagi untuk fundraising ke investor strategis agar Tiket bisa lebih mantap lagi ke depannya,” ucap George saat ditemui baru-baru di kantor baru Tiket.com di Menara BCA, Jakarta.
Sejak awal berdiri tahun 2011, Tiket.com termasuk startup yang mendapat modal dari angel investor senilai US$1 juta. Setelah startup ini diakuisisi oleh Blibli pada pertengahan Juli 2017, perusahaan tidak melakukan penggalangan dana eksternal.
Menurut George, penggalangan dana adalah suatu kebutuhan buat startup yang ingin tumbuh dengan cepat, di sokong oleh kapital yang selalu tersedia. Kelebihan di dunia OTA, ini adalah industri tertua dibanding e-commerce maupun ride sharing, sehingga penetrasinya lebih tinggi.
Ambil contoh, sambungnya, di negara maju penetrasi OTA mencapai 60%-70%, sedangkan di Tiongkok sudah 50%. Indonesia sendiri sudah 30%. Angka ini berpotensi terus meningkat ke depannya, mengingat melancong sudah menjadi bagian dari kebutuhan hidup.
“OTA di luar (negeri) sudah profit karena punya revenue stream yang jelas, kebutuhan travelling juga besar, makanya size bisnis di pasar ini besar sekali. Kami sekaarang mau agresif, kalau mau besar dan masuk ke lokasi baru. Untuk itu kami butuh partner yang kuat di daerah masing-masing,” ungkap George.
George mengklaim perusahaan dalam dua tahun lagi akan menuju profitabilitas, mengikuti jejak pemain OTA global lainnya. Dia juga mulai mempertimbangkan untuk IPO ketika target tersebut dapat tercapai.
Tanpa menyebut detail, Tiket mencatat pertumbuhan bisnis lebih dari 150% di 2019 dibandingkan tahun 2018. Kenaikan tertinggi datang dari pemesanan tiket pesawat. Destinasi yang paling banyak dikunjungi adalah Surabaya, Makassar, Medan, Singapura, Kuala Lumpur, dan Hong Kong.
Beberapa fitur yang dikembangkan perusahaan diantaranya Hotel Now, Smart Trip, Pay at Hotel, Smart Refund, Smart Rechedule, Online Check-in, Group Booking, dan Tiket Anti Galau. Perusahaan menyediakan fasilitas Airport Transfer dan Airport Lounge di 10 bandara besar di Indonesia.
Dalam waktu dekat, aplikasi Tiket akan dipersonalisasi sesuai kebiasaan pengguna dengan machine learning dan AI. “Tanpa disuruh [aplikasi] bisa lebih mengerti kita arahnya mau ke mana, ada rekomendasi tujuan yang sudah dipersonalisasi,” tutup George.
STEVY WIDIA
Discussion about this post