youngster.id - Guna mendukung peningkatan produktivitas sektor pertanian di Indonesia, PT Inagro Cipta Nusantara menggandeng perusahaan agriteknologi yang berbasis di Australia, DataFarming, dengan memanfaatkan data satelit Geographic Information System (GIS).
Dengan GIS memungkinkan Inagro untuk memberikan solusi guna pegembangan dan pengelolaan lahan serta metode pertanian presisi yang lebih baik.
Indonesia dikenal sebagai negara agraris, sektor pertanian pun menjadi salah satu sektor utama dari perekonomian. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) berdasarkan harga berlaku (ADHB) tahun 2022 mencapai 12,4%. Namun angka tersebut turun 0,88% jika dibanding tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) atau tahun 2021.
Hal tersebut erat kaitannya dengan produktivitas industri yang masih tergolong rendah. Meskipun Indonesia menjadi produsen padi terbesar di ASEAN, namun produktivitas padi nasional masih berada di bawah negara-negara Asia Tenggara lain seperti Vietnam dan Thailand.
Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya produktivitas pertanian di Indonesia antara lain adalah teknologi pertanian yang masih tergolong tertinggal dan pengelolaan lahan yang tidak optimal. Mayoritas petani dan pelaku industri di Indonesia belum menggunakan teknologi modern yang dapat mempengaruhi keberhasilan panen mereka.
Hal ini perlu didukung dengan berbagai peningkatan di sektor pertanian, antara lain dengan kerja sama antar-pihak, seperti peningkatan kesadaran petani dan pelaku industri tentang pentingnya penggunaan teknologi pertanian terkini dan optimasi pengelolaan lahan.
Dedi Rahadian, CEO PT Inagro Cipta Nusantara mengatakan, kemitraan perusahaannya dengan DataFarming merupakan salah satu bentuk komitmennya terhadap sektor pertanian Indonesia.
“Dengan solusi pertanian presisi yang dimiliki oleh DataFarming, kami dapat melihat lahah-lahan pertanian yang membutuhkan perhatian khusus, sehingga kami dapat membantu perusahaan-perusahaan dan pelaku industri pertanian dalam mengembangkan, mengelola, serta memperbaiki kinerja dan produktivitas lahan mereka,” kata Dedi, Kamis (4/1/2024).
Dengan wawasan yang didapatkan dari teknologi tersebut, PT Inagro Cipta Nusantara dapat menganalisa lahan pertanian dan memberikan solusi terbaik, termasuk dalam hal agronomi, panen, dan logistik.
Tim Neale, Direktur Utama DataFarming mengatakan, pihaknya sangat senang dapat bermitra dengan PT Inagro Cipta Nusantara untuk untuk meningkatkan ketahanan pangan, solusi bio-energi, dan hal-hal berkelanjutan lainnya di Indonesia.
Menurut Neale, DataFarming menciptakan Digital AgronomistTM, sebuah platform yang dirancang untuk petani dan para agronomis, menyediakan peta pertanian dari satelit dengan NDVI (indeks vegetasi yang menggambarkan tingkat kehijauan tanaman) yang menargetkan masalah dan memantau lahan pertanian atau perkebunan dengan citra yang diperbarui setiap lima hari.
Teknologi ini dapat menemukan masalah di lapangan, kekeringan, dan kualitas lahan, yang memberikan wawasan penting dari data spasial dan peta pertanian. Pengguna dapat menghemat waktu dan biaya dengan mengetahui di mana harus melakukan pengujian lahan atau tanah, dan menargetkan solusi seperti pupuk atau air dengan lebih optimal.
Untuk perusahaan besar dan mitra industri, DataFarming memiliki platform serupa yang disebut Agri-IntelligenceTM.
“Dengan banyaknya satelit yang mengelilingi bumi saat ini, kami dapat melihat banyak hal dari atas, sampai ke hal-hal mendetail sekalipun. Mulai dari memonitor pertumbuhan padi setiap beberapa harinya, hingga kesehatan tanaman kelapa sawit,” jelas Neale.
Sinergi antara Inagro dan DataFarming ini diharapkan menjadi contoh kemitraan antar pihak yang dapat meningkatkan produktivitas pertanian Indonesia dan daya saing produk pertanian Indonesia di pasar global.
HENNI S.
Discussion about this post