Tokopedia Tunda IPO

Suasana di kantor Tokopedia. (Foto: istimewa/youngster.id)

youngster.id - Tokopedia memastikan tidak akan melakukan pejualan saham perdana ke publik (initial public offering) tahun ini, meskipun rencana tersebut tetap akan direalisasikan dalam waktu dekat.

CEO dan pendiri Tokopedia William Tanuwijaya berharap bisa menarik investor baru sebelum go public. Namun dia tidak mengungkapkan kapan Tokopedia akan melantai di bursa saham.

“Kita tidak bisa menyampaikan informasi pastinya kapan. Pasti dalam waktu dekat, tapi bukan tahun ini,” ujarnya Rabu (19/2/2020) di Jakarta.

Pasalnya, ada faktor ketidakpastian ekonomi global dan belum ada keperluan pendanaan dalam waktu dekat. Oleh karena itu, dia menegaskan bahwa Tokopedia akan Initial Public Offering atau IPO di waktu yang tepat, baik untuk perusahaan maupun pasar.

“Rencana ada dual listing, yang satu di Indonesia dan satu di luar negeri. Mencari negara yang melirik pasar Indonesia. Kemungkinan di luar Asia. Telkom juga dual listing di BEI (Bursa Efek Indonesia) dan Bursa Efek New York,” kata William di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Tokopedia dikatakan sudah melakukan persiapan menuju IPO sejak jauh-jauh hari. Pada awal tahun, perusahaan menunjuk mantan Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardjojo sebagai komisaris utama. Sebagai informasi, Tokopedia mulai melakukan pembicaraan dengan bakal investor potensial terkait dengan pendanaan putaran akhir sebelum perusahaan memasuki pasar saham.

Saat ini, gross merchandise value (GMV) Tokopedia mencapai Rp222 triliun atau setera US$16 miliar, naik tiga kali lipat dibandingkan dengan 2018, di mana jumlah pelapak mengalami pertumbuhan menjadi 6,4 juta pada 2019, meningkat dari tahun sebelumnya dengan 5 juta pelapak.

Berdasarkan riset Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) tahun 2019 kontribusi ekonomi langsung Tokopedia tidak hanya terjadi di Pulau Jawa, tetapi juga di daerah.

Adapun, Tokopedia berhasil memberikan dampak langsung terhadap perekonomian di beberapa daerah seperti Sulawesi Utara sebanyak Rp160 miliar, Aceh Rp262 miliar, Kalimantan Timur Rp399 miliar, Sumatra Utara Rp2,79 triliun, dan Bali Rp822 miliar.

STEVY WIDIA

Exit mobile version